JAKARTA - Financial technology (fintech) Indonesia, Digiasia Bios menyatakan kesiapannya melantai di Bursa Nasdaq, Amerika Serikat (AS). Bila terealisasi maka Digiasia menjadi fintech pertama RI yang bisa listing di bursa saham Nasdaq.
Chief Digital Ecosystem Integration Digiasia Bios Joseph Lumban Gaol menjelaskan, rencana IPO di Nasdaq menggunakan instrumen Special Purpose Acquisition Company (SPAC). Di mana perusahaan dengan company kosong bisa go publik dengan tujuan mengakuisisi.
"Sekarang dalam proses rencana tersebut. Harunya dalam kuartal 2 ini selesai," ujarnya, Rabu (12/4/2023).
Dalam proses ini, Digiasia sudah menandatangani kesepakatan merger dengan perusahaan Stonebridge Acquisition Corporation. Dengan kerjasama ini, Digiasia dan Stonebridge akan menjadi startup pertama dari Indonesia yang terdaftar di Nasdaq.
"Ini juga untuk memperluas jangkauan pasarnya ke pasar internasional. Jadi tunggu saja kita dalam proses," katanya.
Sementara itu dipilihnya Nasdaq karena investor di sana lebih paham terhadap konsep bisnis Digiasia. Adapun layanannya memungkinkan para mitra untuk membuat sistem konstruksi mandiri (Do It Yourself) atas aplikasi/ platform keuangan/ fintech yang sudah mereka miliki.
Sebagai penghubung antara ekosistem ini, Digiasia Bios ingin membantu agar para mitra dapat menghadirkan pengalaman bertransaksi yang menyenangkan melalui omnichannel kepada target pengguna aplikasi mereka.
Kemudian soal skema strategi integrasi ekosistem digital portal integrasi layanan keuangan yang dihadirkan oleh Digiasia Bios sebagai EFaaS adalah seperti layanan pembayaran untuk konsumen dan B2B.