Sri Mulyani Buka-bukaan soal Kunci Perbaikan Ekonomi RI

Michelle Natalia, Jurnalis
Jum'at 19 Mei 2023 11:38 WIB
Sri Mulyani. (Foto: MPI)
Share :

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa perbaikan fondasi ekonomi dalam 10 tahun terakhir telah memberikan manfaat signifikan bagi penguatan daya tahan ekonomi Indonesia dari tekanan eksternal yang datang bertubi-tubi.

Sebelumnya, Indonesia sempat masuk ke dalam kategori fragile 5 pada tahun 2013 bersama-sama dengan Brazil, India, Afrika, dan Turki.

 BACA JUGA:

"Kini, Indonesia telah berhasil keluar dari kelompok Fragile 5 tersebut. Neraca pembayaran, neraca berjalan menguat signifikan," ucap Sri dalam Rapat Paripurna DPR RI Ke-23 Masa Persidangan V Tahun 2022-2023 di Jakarta, Jumat (19/5/2023).

Ekonomi Indonesia yang pernah mengalami defisit 3,2% dari PDB pada tahun 2013, yang menyebabkan Indonesia menjadi rapuh, telah menjadi surplus 0,3% dari PDB pada tahun 2021, dan bahkan surplus meningkat lagi pada bulan Desember 2022 yaitu 1% dari PDB.

 BACA JUGA:

"Inilah yang menyebabkan ketahanan perekonomian Indonesia. Menguatnya posisi neraca berjalan Indonesia tidak lepas dari kebijakan struktural dan transformasi ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah, yaitu hilirisasi sumber daya alam (SDA)," ungkap Sri.

Sejak tahun 2014, pemerintah mencanangkan kebijakan hilirisasi dengan mewajibkan pembangunan smelter bertahap bagi perusahaan tambang mineral.

Pemerintah juga memberikan berbagai dukungan fiskal baik melalui perbaikan ekosistem perpajakan maupun memberikan insentif fiskal lainnya. Selain karena faktor harga komoditas yang melonjak tajam, upaya menciptakan nilai tambah tinggi berperan penting dalam meningkatkan ekspor dan neraca perdagangan Indonesia yang signifikan.

 

"Nilai ekspor Indonesia tahun 2022 melonjak tajam dan mencatat rekor tertinggi dalam sejarah ekonomi Indonesia, yaitu USD292 miliar. Angka ini meningkat 66% dari posisi USD176 miliar pada tahun 2014. Tahun 2022, neraca perdagangan juga mencatatkan rekor tertinggi yaitu USD54,5 miliar," jelas Sri.

Sampai dengan April 2023, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus 36 bulan berturut-turut. Menguatnya fondasi ekonomi Indonesia juga tercermin dari stabilnya pasar keuangan domestik di tengah tingginya volatilitas dan ketidakpastian pasar global.

"Rata-rata depresiasi uang Rupiah pada tahun 2022 hanya 3,9% dibandingkan negara-negara lain, bahkan dengan negara-negara emerging, seperti Turki yang mengalami depresiasi hingga 86,4%. Tak hanya itu, Ringgit Malaysia terdepresiasi 6,2%, dan Rupee India terdepresiasi 6,4%," tambah Sri.

Di sisi lain, instrumen keuangan negara yaitu obligasi pemerintah juga stabil pada posisi 7,0% imbal hasilnya pada periode 2022. Hal ini lebih rendah dari posisi pra pandemi yang mencapai 7,5%.

"Tahun 2022, tingkat suku bunga global meningkat lebih dari 500 basis poin, dan bahkan kita tetap bertahan, atau bahkan menurun," pungkas Sri.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya