JAKARTA – Upah ojol pengirim makanan bakal naik jadi Rp267 ribu per jam. New York City telah mengumumkan tarif pembayaran minimum baru untuk pekerja pengiriman makanan aplikasi. Di mana hal tersebut dilakukan di tengah peningkatan penggunaan layanan seperti Uber Eats dan DoorDash sejak pandemi.
Dikutip CNN Business Internasional, Senin (12/06/2023) sebanyak 60.000 pekerja pengantar makanan di Manhattan saat ini menghasilkan rata-rata sekitar USD7,09 per jam.
Di mana jika telah muncul aturan baru, maka mereka (pengirim makanan) akan mendapatkan setidaknya USD19,96 per jam atau sekitar Rp267.000 (kurs:14.900). Upah tersebut akan meningkat menjadi USD17,96 per jam pada 12 Juli. Nantinya jumlah ini akan meningkat lagi hampir USD20 per jam pada April 2025.
Walikota New York City, Eric Adams mengatakan bahwa gaji akan disesuaikan setiap tahunnya untuk inflasi. Dia juga melanjutkan bahwa aplikasi pengantaran akan memiliki leksibilitas dalam cara mereka membayar pekerja dengan tariff minimum yang baru. Sebab, selama pekerja menghasilkan jumlah minimum aplikasi dapat memilih untuk membayar mereka per perjalanan, per jam kerja.
‘’Para pekerja pengantaran kami telah secara konsisten mengantar untuk kami, sekarang kami mengantar untuk mereka. Tingkat upah minimum yang baru ini naik hampir USD13.00/jam, akan menjamin para pekerja dan keluarga mereka dalam mencari nafkah, kemudian mendapatkan stabilitas ekonomi yang lebih baik hingga membantu menjaga industri restoran legendaris kota kami tetap berkembang,’’ katanya.
Aplikasi yang membayar pekerja untuk waktu mereka menunggu perjalanan dan waktu perjalanan harus membayar setidaknya USD0,30 per menit setelah perubahan dimulai pada tahun 2023. Sementara aplikasi yang hanya membayar setelah pengemudi menerima perjalanan pengantaran harus membayar setidaknya USD0,50 per menit. Adapun tariff tersebut tidak termasuk tip.
‘’Meskipun masih ada pekerjaan yang harus dilakukan, tingkat upah minimum untuk pekerja pengantaran makanan akan mengubah kehidupan ribuan keluarga di seluruh kota dan memberikan keadilan yang sudah lama tertunda untuk para pengantar makanan,’’ ujar Direktur Eksekutif Worker’s Justice Project, Ligia Gualipa.
Akan tetapi, DoorDash mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu bahwa mereka sedang mempertimbangkan proses pengadilan untuk menentang "kebijakan ekstrem" kota tersebut, dengan mengatakan bahwa kebijakan tersebut melampaui standar yang dipegang oleh industri lain, meskipun mereka tidak menentang upah minimum untuk pekerja pengiriman.
"Keputusan yang sangat salah arah dari DCWP hari ini mengabaikan konsekuensi yang tidak diinginkan yang akan ditimbulkannya dan sayangnya akan melemahkan para pekerja pengantar barang yang ingin didukungnya," ujar juru bicara perusahaan tersebut.
"Mengingat proses yang rusak yang menghasilkan aturan upah minimum akhir yang ekstrem, kami akan terus mengeksplorasi semua jalur ke depan, termasuk litigasi untuk memastikan kami terus mendukung para Dashers dengan sebaik-baiknya dan melindungi fleksibilitas yang diandalkan oleh banyak pekerja pengiriman seperti mereka,” lanjutnya.
Di sisi lain Uber Eats juga mengatakan bahwa kota tersebut tidak "bersikap jujur kepada para pekerja pengantaran makanan".
"Mereka mengatakan kepada aplikasi: hilangkan pekerjaan, hindari pemberian tip, paksa kurir untuk bekerja lebih cepat dan terima lebih banyak perjalanan, begitulah cara Anda akan membayarnya," kata Josh Gold, juru bicara Uber Eats dalam sebuah pernyataan.
Pesanan pengantaran makanan melonjak selama pandemi. Pada tahun 2019, layanan pesan antar menyumbang sekitar 7% dari total penjualan restoran di Amerika Serikat, menurut Euromonitor International. Setelah lonjakan pada tahun 2020, angka tersebut berada di hampir 9% pada tahun 2021, masih lebih tinggi daripada tingkat sebelum COVID-19.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)