Dari Rumah ke Rumah Hingga Buka Bisnis Daring, Perjalanan Inspiratif Wirausahawan Muda Indonesia

Karina Asta Widara , Jurnalis
Selasa 13 Juni 2023 15:00 WIB
Fitrah Kusumaningtyas dan Ibu Ai saat Peluncuran Program Strive Indonesia Pada 4 April 2023 lalu/ Foto: Dok Mastercard
Share :

Jakarta- Fitrah Kusumaningtyas adalah seorang wirausahawan muda dari Mekarsari, sebuah desa kecil di Bandung, Jawa Barat. Ia memulai usahanya pada tahun 2018, dengan menjual berbagai macam roti dari rumah ke rumah atau menitipkannya ke warung. Namun, ia mengalami kesulitan dalam mempromosikan produknya, karena desanya kecil dan tidak banyak orang yang tahu tentang bisnisnya. 

Mimpi Fitrah sirna akibat pandemi pada tahun 2020, dan ia harus menghentikan usahanya. Saat itulah ia mendengar tentang program bimbingan digital dari MicroMentor Indonesia (MMI), sebuah program kemitraan antara Mastercard Center for Inclusive Growth, Bank Commonwealth, dan Mercy Corps Indonesia, program yang mengubah kehidupan banyak orang dan membentuk masa depan ekonomi Indonesia. 

Ide di balik MMI sangat sederhana namun sangat kuat, yaitu menghubungkan para wirausahawan dengan para relawan profesional dan mentor berpengalaman yang dapat membimbing mereka dalam perjalanan menuju kesuksesan.

Hingga Desember 2022, MMI telah menjangkau lebih dari 187.000 usaha kecil dan 27.000 relawan mentor di Indonesia, sehingga menjadi komunitas usaha kecil dan relawan mentor terbesar di Indonesia.

Fitrah mendapatkan banyak pelajaran berharga dari program tersebut. Sekarang ia mengerti bagaimana menghitung harga pokok penjualan dan keuntungan, memisahkan keuangan bisnis dan pribadi, memasarkan produknya melalui berbagai platform digital, menggunakan dompet elektronik, serta membuat produknya lebih menarik dengan menambahkan label dan membuat kemasan yang menarik. Pelatihan ini juga membantunya mendapatkan sertifikat halal sehingga meningkatkan jumlah pelanggannya. 

Sebelum memanfaatkan platform digital, penjualan Fitrah hanya sekitar Rp500.000 per bulan. Namun, setelah mengikuti program ini, penjualannya meningkat lima kali lipat menjadi Rp2,5 juta per bulan. Fitrah juga telah bekerja sama dengan mentornya untuk meningkatkan penjualan dengan menggunakan socio-commerce dan marketplace.

Bisnisnya telah menjadi sumber pendapatan utama bagi rumah tangganya, dan kini telah berkembang untuk menciptakan peluang kerja bagi orang lain di lingkungannya. Hal ini mengonfirmasi temuan dari evaluasi dampak yang dilakukan pada bulan Oktober-November tahun lalu, yang menemukan bahwa para wirausahawan yang dibimbing melalui platform MMI mencatat tingkat keberlangsungan usaha, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan yang lebih tinggi.

Perjalanan Fitrah sangat menginspirasi, namun sayangnya, banyak usaha kecil di Indonesia yang masih kesulitan untuk memasuki dunia ekonomi digital. Rukhil Khotobah, seorang pengusaha asal Malang, Jawa Timur, yang menjual produk makanan renyah dan sehat, juga mengalami berbagai tantangan bisnis dalam beberapa tahun terakhir, termasuk dampak pandemi.

“Saya tidak terlalu paham teknologi dan media sosial. Dengan bantuan mentor melalui MMI, saya belajar bahwa pemesanan produk bisa dilakukan secara daring,” kata Rukhil. 

Sebelum menemukan mentornya, Rukhil belum pernah mendapatkan pelatihan mengenai pemasaran digital, namun dengan bantuan yang diberikan melalui MMI, pengetahuannya tentang pemasaran digital perlahan-lahan berkembang.

“Mentor saya sangat membantu, terutama dalam meningkatkan pemahaman saya tentang bagaimana menggunakan pemasaran digital secara efektif. Saya tidak lagi bergantung pada promosi produk secara luring di pasar, dan sekarang banyak pelanggan saya yang memesan secara daring,” katanya. 

Tekad Rukhil untuk memasarkan bisnisnya secara digital dengan dukungan para mentor melalui MMI telah berhasil meningkatkan produksi hingga lebih dari 11.000 kg dan meningkatkan pendapatannya hingga lebih dari Rp90 juta dalam waktu tiga bulan.

Pandemi telah menunjukkan betapa pentingnya beralih ke dunia digital, terutama untuk bisnis kecil. Selain karena kebutuhan, digitalisasi juga dapat membantu usaha kecil menghemat biaya, meningkatkan produktivitas, dan mengembangkan bisnis mereka. Namun, tidak semua dari mereka tahu bagaimana cara mengadopsi teknologi digital atau memanfaatkan digitalisasi.

Usaha kecil merupakan penggerak pertumbuhan ekonomi yang penting di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Meskipun UMKM menyumbang sebagian besar PDB Indonesia (61 persen), hanya 32,44 persen dari 64 juta UMKM yang telah memasuki ekosistem digital, dan 28,12 persen atau 18 juta UMKM masih belum memiliki akses ke pembiayaan formal.

Menyadari adanya kesenjangan digital ini, dan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan para pelaku usaha kecil yang paling rentan, serta menyetarakan kesempatan bagi mereka, Mastercard bermitra dengan Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI) dan Mercy Corps Indonesia meluncurkan Mastercard Strive Indonesia.

Inisiatif ini bertujuan untuk membantu usaha kecil beralih ke digital dan memperluas jaringan mereka, mendemokratisasi akses terhadap kredit, serta memperkuat ekosistem pendukung usaha kecil.

Dengan target untuk membantu 300.000 usaha kecil di Indonesia berkembang dalam ekonomi digital, Mastercard Strive Indonesia siap memberikan dampak yang signifikan bagi perekonomian Indonesia dan membantu menciptakan kisah sukses seperti yang dialami oleh Fitrah bagi pengusaha kecil lainnya.

Ketika usaha kecil berkembang, komunitas dan ekonomi lokal pun ikut berkembang. Oleh karena itu, Mastercard memiliki keyakinan kuat bahwa masih banyak hal yang dapat dan harus dilakukan untuk membantu memperkuat usaha kecil, memberdayakan mereka untuk masa depan digital, serta menggali potensi mereka untuk memajukan pertumbuhan yang inklusif di Indonesia.

Program Mastercard Strive Indonesia merupakan kelanjutan dari Mastercard Academy 2.0, sebuah inisiatif yang berjalan selama tiga tahun sejak tahun 2019 untuk membekali 100.000 masyarakat Indonesia, termasuk pelajar, mahasiswa, pekerja, profesional yang sedang meniti karir, dan pelaku usaha kecil dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk meraih kesuksesan di era ekonomi digital. Hingga Desember 2022, Mastercard Academy 2.0 telah melampaui target dan menjangkau lebih dari 280.000 penerima manfaat. 

Mastercard telah menjadi yang terdepan dalam memberikan dampak sosial dan program kemanusiaan di Indonesia sejak tahun 2017, membantu lebih dari 280.000 wirausahawan, di mana 62 persen di antaranya adalah perempuan, dan 68.000 pelajar.

Saat gempa bumi melanda Cianjur tahun lalu, Mastercard bekerja sama dengan Mercy Corps Indonesia untuk memberikan bantuan kepada ratusan rumah tangga, memberikan manfaat kepada lebih dari 1.600 orang yang kehilangan tempat tinggal. Selama pandemi di tahun 2020, Mastercard mendukung lebih dari 30.000 individu di Jakarta dengan memberikan bantuan nontunai untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka selama krisis kesehatan.

Keberhasilan program-program ini terjadi berkat kolaborasi dari berbagai kelompok dan organisasi yang berbeda, termasuk Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, dan bahkan perusahaan swasta seperti Grab dan Bank Commonwealth, atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Bank Rakyat Indonesia (BRI). Mastercard juga bekerja sama dengan organisasi nirlaba seperti Mercy Corps Indonesia, YCAB Foundation, dan InfraDigital Foundation.

Kolaborasi tersebut memungkinkan Mastercard untuk memberikan dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat, serta membangun ekonomi digital yang lebih inklusif dan berkelanjutan bagi semua orang, di mana pun. Secara global, Mastercard berkomitmen untuk membawa 1 miliar orang dan 50 juta usaha mikro dan kecil ke dalam ekonomi digital pada tahun 2025. 

(Karina Asta Widara )

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya