BEKASI - Pasangan suami istri Maisaroh dan Misro Abdulatif merupakan perajin telor asin di Bekasi. Memulai usaha di tahun 2000-an, usaha telor asinnya ini membuatnya mampu menyekolahkan lima anaknya.
"Anak saya lima, dari sini semua," kaya Maisaroh saat ditemui di Bazar UMKM di BRI Kantor Cabang Bekasi.
BACA JUGA:
Dia bercerita, dirinya membuat telor asin sendiri. Kemampuan membuat telor asin ini berasal dari suami yang berasal dari Brebes. Dia memproduksi dua jenis telor asin, yakni yang original dan dibakar.
"Produksi tergantung ketersediaan telor. Rata-rata 1.000 telor setiap dua hari sekali. Proses produksinya sendiri lamanya sekitar seminggu hingga 10 hari," ucap dia.
BACA JUGA:
Kemampuan produksi sebanyak 1.000 telor itu dia dapatkan setelah mendapatkan kucuran modal dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI). Awalnya, produksinya tidak lebih dari 500 telor.
"Kita pinjam Rp30 juta, sisa delapan bulan lagi. Kita terbantu banget," kata dia.
Harga jual untuk konsumen, dia mematok harga Rp40.000 untuk 10 butir telor asin original. Sementara untuk telor asin bakar, dibanderol Rp45.000 untuk 10 butir telor.
Sementara untuk reseller, dia menerapkan harga yang lebih rendah dari itu. Di mana para langgannya umumnya berada di Pasar Koja, Pasar Klender, Pasar Perumnas, Pasar Bojong, hingga Pasar Kopo Bogor.
"Kita sudah punya langganan, bapak yang anter-anter," kata dia.
Soal omset, paling minim, kata dia, dirinya menjual dua kali dalam seminggu, yakni sekira 1.000 butir. Dihitung-hitung, omsetnya mencapai puluhan juta rupiah.
"Kalau telornya misalnya harganya 3.000, kalikan saja dengan jumlah telornya, jadi Rp3 juta ya," kata dia.