JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) hari ini ditutup stagnan di level Rp15.027, setelah sebelumnya ditutup melemah. Pergerakan rupiah disinyalir masih dibayangi sentimen The Fed hingga ekonomi kawasan ASEAN.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, sinyal tentang lebih banyak dukungan kebijakan di China tidak banyak membantu sentimen yang lemah.
Hal itu dengan ketidakpastian atas rencana Fed untuk tindakan suku bunga di masa depan membuat investor menghindari aset yang digerakkan oleh risiko.
"Bank sentral masih diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada hari Rabu. Tapi apakah itu akan menandakan lebih banyak kenaikan suku bunga tahun ini masih harus dilihat, mengingat inflasi AS masih cenderung di atas kisaran target tahunan bank," tulis Ibrahim dalam risetnya.
BACA JUGA:
Selain itu, Bank of Japan (BoJ) telah memberikan sedikit indikasi bahwa pihaknya berencana untuk memperketat kebijakan ultra-longgarnya dalam waktu dekat dan secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga dan langkah-langkah pengendalian kurva imbal hasil Jumat ini.
Pemerintah Jepang mengatakan pada hari ini bahwa inflasi kemungkinan akan melambat lebih lanjut tahun ini, sebelum melambat menjadi sekitar 1,5% tahun depan ketika menghilangkan efek dari faktor-faktor yang terjadi satu kali.
Fokus minggu ini juga pada pertemuan Bank Sentral Eropa pada hari Kamis, dengan bank akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Dari sentimen domestik, para ekonom memperkiraan pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 masih akan bertahan di atas konsensus, yaitu sebesar 5,1%, di mana perkiraan tersebut sejalan dengan hasil produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama 2023 yang lebih kuat dari perkiraan awal.
Salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi terus membaik hingga saat ini, karena konsumsi rumah tangga akan terus meningkat di semester kedua 2023 dengan didorong oleh inflasi yang rendah, aktivitas perekonomian yang kembali normal, serta peningkatan belanja pemilu.