Yang dapat memperburuk situasi ini adalah jika larangan India terhadap beras non-basmati menciptakan efek domino, yang akan diikuti oleh negara-negara lain. Uni Emirat Arab misalnya, kini juga telah menghentikan ekspor beras untuk menjaga stok domestiknya.
Ancaman lainnya adalah jika cuaca ekstrem merusak tanaman padi di negara-negara lain. El Nino adalah pemanasan alami yang bersifat sementara dan sesekali terjadi di Samudra Pasifik, yang menggeser pola cuaca global. Perubahan iklim membuat fenomena ini semakin kuat.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa El Nino yang sedang terjadi saat ini akan meluas ke tingkat yang lebih tinggi. Sebelumnya El Nino telah mengakibatkan cuaca ekstrem mulai dari kekeringan hingga banjir.
Pakar kebijakan pangan Devinder Sharma menjelaskan Saat ini pihaknya memiliki stok yang cukup untuk menjaga ketersediaan pangan. Tetapi kita tahu apa yang terjadi pada musim hujan seperti ini. Banyak banjir di satu bagian negara, dan kekurangan hujan di bagian lainnya.
"Dan saya pikir ini membuat kita sangat berhati-hati pada saat yang sama, ada laporan bahwa El Nino akan datang pada akhir bulan ini atau awal bulan depan. Dan jika itu juga terjadi, maka semua perhitungan kita bisa menjadi kacau. Dan saya pikir pemerintah telah mengambil langkah yang sangat tepat," ujarnya.
Negara-negara penghasil beras lainnya berharap dapat mengambil untung, tetapi para eksportir di Thailand tetap waspada. Pemerintah Thailand berharap dapat mengapalkan lebih banyak beras dibandingkan tahun lalu, dengan ekspornya dalam enam bulan pertama tahun ini 15% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun 2022.
(Feby Novalius)