JAKARTA – Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan merger tidak akan dilakukan pada Garuda Indonesia. Maskapai Garuda Indonesia akan tetap menjadi penerbangan kelas premium.
Dia mengatakan, merger hanya dilakukan pada Citilink Indonesia dan Pelita Air Service (PAS). Padahal, dalam pernyataan awal PT Garuda Indonesia Tbk, juga masuk dalam aksi konsolidasi tersebut.
Proses peleburan dua maskapai penerbangan nasional itu ditargetkan terealisasi pada tahun ini atau awal tahun depan.
"Garuda tetap di premium, lalu Citilink sama Pelita merger, tapi kita lihat pembukuannya seperti apa, kalau bisa tahun ini, ya tahun ini, kalau tidak awal tahun depan," ujar Erick saat ditemui di kawasan DPR RI, Kamis (31/8/2023).
Tahapan merger saat ini sudah mencapai 30% dan terus digodok Kementerian BUMN, termasuk konsolidasi pembukuan keuangan kedua maskapai.
"Ya sudah, kalau detail nanti ada lawyer, ada. Baru 30% (prosesnya) baru kajian," katanya.
Citilink Indonesia merupakan anak perusahaan Garuda Indonesia dengan kepemilikan saham sebesar 67%. Dan 33% lainnya dikantongi PT Aerowisata.
Adapun komposisi pemegang saham Garuda Indonesia pasca tuntasnya proses restrukturisasi utang pada akhir tahun lalu, 64,54% dimiliki pemerintah, 7,99% Trans Airways, 7,99% publik, dan 4,83% kreditor.
Sementara saham pengendali atas Pelita Air dimiliki PT Pertamina (Persero), selaku BUMN di sektor minyak dan gas bumi (migas). Pelita merupakan anak usaha Pertamina yang bergerak di sektor penerbangan.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)