JAKARTA - Harga emas menguat pada akhir perdagangan Jumat. Kenaikan ini menghentikan penurunan dalam tiga hariberuntun, ketika investor menunggu indeks harga konsumen (IHK) AS sepanjang Agustus di pekan depan.
Data inflasi tersebut kemungkinan menjadi faktor kunci dalam keputusan suku bunga Federal Reserve yang dilakukan akhir bulan ini.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange naik 20 sen atau 0,01% menjadi USD1.942,70 AS per ounce, setelah diperdagangkan menyentuh tertinggi sesi di USD1.954,00 dan terendah di USD1.940,80.
Emas berakhir hanya beberapa sen lebih tinggi setelah penurunan yang menarik ke level terendah dalam hampir dua minggu pada perdagangan Kamis. Namun, emas membukukan kerugian mingguan sebesar 1,2% seiring menguatnya imbal hasil obligasi pemerintah dan dolar AS secara keseluruhan.
"Logam mulia telah berada di bawah tekanan jual baru pada minggu ini, sebagian besar karena penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah,” kata CEO GoldCore David Russell, dikutip dari Antara, Sabtu (9/9/2023).
"Peningkatan data AS dan komentar dari anggota FOMC yang menyatakan suku bunga bisa tetap lebih tinggi, lebih lama, memberi lebih banyak pemicu untuk dinamika ini," ujarnya.
Meningkatnya imbal hasil dapat berdampak negatif bagi emas, meningkatkan peluang kerugian untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil, sementara penguatan dolar membuat harga komoditas dalam satuan lebih mahal bagi pengguna mata uang lainnya.
Data ekonomi yang lebih baik dan harga minyak yang naik ke level tertinggi pada tahun 2023 telah memicu kekhawatiran pasar bahwa Federal Reserve mungkin perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut atau membiarkannya lebih lama dari perkiraan, sehingga melemahkan harga emas sepanjang pekan.