Harga Minyak Dunia Kian Mahal, Kini Dekati USD95 per Barel

Dzakwan Agung Mugits, Jurnalis
Selasa 19 September 2023 08:10 WIB
Harga minyak dunia naik hari ini. (Foto: Reuters)
Share :

JAKARTA - Harga minyak dunia menguat setelah mendekati USD95 per barel di awal sesi akhir perdagangan, Selasa (19/9/2023).

Hal itu karena ekspektasi defisit pasokan yang berasal dari pengurangan produksi yang berkepanjangan oleh Arab Saudi dan Rusia serta lemahnya produksi minyak serpih melebihi kekhawatiran terhadap permintaan.

 BACA JUGA:

Patokan minyak global, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November, ditutup 50 sen lebih tinggi pada USD94,43 per barel di London ICE Futures Exchange, setelah sempat mencapai level tertinggi sesi di USD94,45 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Oktober, terangkat 71 sen menjadi menetap di USD91,48 per barel di New York Mercantile Exchange. Demikian seperti dilansir Antara pagi ini.

Arab Saudi dan Rusia bulan ini memperpanjang pengurangan pasokan gabungan sebesar 1,3 juta barel per hari hingga akhir tahun.

 BACA JUGA:

Sementara itu, produksi minyak AS dari wilayah penghasil serpih terbesar juga diperkirakan turun selama tiga bulan berturut-turut pada Oktober ke level terendah sejak Mei 2023, menurut Badan Informasi Energi AS (EIA) dalam laporan bulanannya.

Brent dan WTI telah naik selama tiga minggu berturut-turut dan menyentuh level tertinggi sejak November serta berada di jalur kenaikan kuartalan terbesar sejak invasi Rusia ke Ukraina pada kuartal pertama tahun 2022.

 BACA JUGA:

Patokan Brent diperdagangkan di wilayah overbought untuk sesi ketujuh berturut-turut, sementara WTI diperdagangkan di wilayah overbought untuk sesi kelima berturut-turut.

Pasar juga melihat beberapa aksi ambil untung, kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.

Pemangkasan produksi oleh Arab Saudi dan Rusia dapat menyebabkan defisit 2 juta barel per hari pada kuartal keempat, dan penurunan persediaan selanjutnya dapat membuat pasar terkena lonjakan harga lebih lanjut pada tahun 2024, kata analis ANZ.

China merupakan risiko utama karena lambatnya pemulihan ekonomi pascapandemi, meskipun impor minyaknya tetap kuat.

Serangkaian langkah-langkah stimulus dan lonjakan perjalanan di musim panas membantu produksi industri dan belanja konsumen meningkat pada bulan lalu dan kilang-kilang China meningkatkan produksi, didorong oleh margin ekspor yang kuat.

Perhatian juga akan tertuju pada bank-bank sentral pada minggu ini, termasuk keputusan suku bunga dari Federal Reserve AS.

Bank Sentral Inggris kemungkinan akan menaikkan suku bunga sekali lagi pada minggu ini, yang mungkin merupakan langkah terakhir dari salah satu siklus pengetatan paling agresif dalam 100 tahun terakhir karena melemahnya perekonomian mulai mengkhawatirkan para pembuat kebijakan.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya