JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani mewaspadai naiknya harga pangan. Pasalnya hal tersebut dapat mempengaruhi laju inflasi yang sekarang relatif cukup moderat di 3,3%.
"Kita tetap harus waspada karena harga pangan atau volatile foods menunjukkan kenaikan yang cukup tajam pada bulan Agustus 2023 ini, dengan kontribusi di 2,4%," pungkas Sri Mulyani, dalam Konferensi Pers APBN KITA edisi September 2023 secara virtual di Jakarta, Rabu (20/9/2023).
Sri Mulyani melihat bahwa inflasi di berbagai negara, terutama negara maju, sudah mulai menunjukkan adanya tanda-tanda penurunan.
Meskipun begitu, suku bunga di negara-negara maju belum menunjukkan tanda-tanda akan diturunkan dalam jangka yang sangat pendek.
"Ini merupakan suatu situasi di mana kinerja ekonomi dari masing-masing negara tersebut akan terpengaruh oleh suku bunga yang higher for longer (lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama)," ungkapnya.
Contohnya, Amerika Serikat (AS) yang saat ini policy rate-nya di 5,5%, Eropa di 4,5%, dan Inggris di 5,25%. Sementara itu inflasinya masih jauh di atas yang ditargetkan masing-masing negara tersebut.
Negara emerging lain seperti Brazil, Meksiko, dan Afrika Selatan, menurut Sri, kenaikan suku bunganya juga cukup drastis. Brazil bahkan suku bunganya berada di posisi 13,7% sejak tahun lalu, Meksiko di 11,25% juga sudah pada posisi ini sejak akhir tahun 2022. Afrika Selatan juga mengejar di posisi 8,25%.
"Jadi dalam hal ini, Indonesia di policy rate 5,75% karena inflasi kita relatif cukup moderat di 3,3%. Inflasi kita menunjukkan level yang cukup baik, ini karena volatile foods agak mengalami kenaikan di 2,4% dan administered prices (harga yang diatur pemerintah) terkoreksi," papar Sri.
(Dani Jumadil Akhir)