JAKARTA - Pasokan properti di China ternyata berlebih. Bahkan jumlahnya lebih banyak dari populasi China yang mencapai 1,4 miliar.
Hal tersebut tentu berdampak sangat besar bagi sektor properti di China. Misalnya, pada 2021, raksasa real estate China Evergrande Group gagal membayar kewajiban utang menyusul pembatasan pinjaman baru.
Pengembang ternama lainya, Country Garden Holdings juga erus terhuyung-huyung mendekati kondisi gagal bayar, sehingga membuat sentimen pembeli rumah tetap tertekan.
Menurut data terbaru dari Biro Statistik Nasional (NBS), pada akhir Agustus, total luas lantai rumah yang tidak terjual mencapai 648 juta meter persegi.
Jumlah tersebut setara dengan 7,2 juta rumah, berdasarkan rata-rata ukuran rumah sebesar 90 meter persegi.
Angka tersebut belum termasuk sejumlah proyek perumahan yang telah terjual tetapi mangkrak karena masalah finansial, atau beberapa rumah yang dibeli oleh spekulan pada saat harga rumah naik pada 2016 yang masih kosong.
“Berapa banyak rumah kosong yang ada saat ini? Masing-masing ahli memberikan angka yang berbeda-beda, dan yang paling ekstrem percaya bahwa jumlah rumah kosong saat ini cukup untuk 3 miliar orang,” kata Mantan Wakil Kepala Biro Statistik China, He Keng, dikutip dari VOA Indonesia, Senin (25/9/2023).
Perkiraan sangat berlebihan, sebab 1,4 miliar penduduk China tidak cukup untuk mengisi seluruhnya properti yang ada.
Pandangan negatifnya terhadap sektor yang penting secara ekonomi di forum publik sangat kontras dengan narasi resmi yang mengatakan bahwa perekonomian China memiliki ketahanan yang baik.
“Segala macam komentar yang meramalkan keruntuhan perekonomian China terus muncul sesekali, tetapi yang runtuh adalah retorika, bukan perekonomian China,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri.
(Feby Novalius)