JAKARTA - Harga emas berjangka tergelincir di akhir perdagangan Selasa. Penurunan ini memperpanjang kerugian dalam sesi kedua berturut-turut karena tertekan penguatan dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah AS.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange jatuh USD16,80 atau 0,87% menjadi USD1.919,80 per ounce. Di mana selama diperdagangkan, emas menyentuh level tertinggi di USD1.935,50 dan terendah di USD1.917,20.
Indeks dolar AS mencapai level tertinggi yang belum pernah dicapai sejak November 2022 dan imbal hasil obligasi pemerintah AS mencapai puncaknya dalam 16 tahun. Dolar yang lebih kuat biasanya membuat mereka yang memegang mata uang lain enggan membeli emas.
"Pergerakan di bawah 1.900 dolar AS bisa menjadi pergerakan yang sangat bearish, yang mana titik terendah di Agustus akan sangat menarik dalam waktu dekat," kata Analis OANDA, Craig Erlam, dikutip dari Antara, Rabu (27/9/2023).
Dalam sebuah acara yang diadakan oleh Wharton School, University of Pennsylvania pada Senin (25/9/2023), Presiden Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari mengatakan bahwa mengingat ketahanan ekonomi AS yang mengejutkan, The Fed mungkin perlu menaikkan suku bunga pinjaman lebih lanjut dan mempertahankannya tetap tinggi untuk beberapa waktu guna menurunkan inflasi kembali ke 2,0%.
Data ekonomi yang dirilis Selasa (26/9/2023) beragam. Kepercayaan konsumen Conference Board turun untuk bulan kedua berturut-turut menjadi 103 pada September, di bawah konsensus para ekonom sebesar 105 dan revisi naik untuk Agustus sebesar 108,7.
Indeks NSA Harga Rumah Nasional AS dari S&P CoreLogic Case-Shiller, yang mencakup sembilan divisi sensus AS, tumbuh satu persen secara tahun ke tahun pada Juli, naik dari perubahan 0 persen pada Juni.
Sementara itu, logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 18,90 sen atau 0,81% menjadi ditutup pada USD23,196 per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober merosot USD10,40 atau 1,13% menjadi menetap pada USD907,10 per ounce.
(Feby Novalius)