JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyiapkan tiga strategi untuk kebijakan pro-stability dari instrumen moneter.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebut bahwa yang pertama adalah intervensi yang akan terus dijalankan oleh BI.
BACA JUGA:
"Kedua pendalaman pasar, rupiah dan valas kita percepat. Ketiga yaitu suku bunga yang digunakan untuk forward looking, preventif supaya kedepannya inflasi kita tetap rendah dan terjaga. Itu jamu pahitnya," ungkap Perry dalam Konferensi Pers RDG BI di Jakarta, Kamis (19/10/2023).
Untuk jamu manisnya, BI menambahkan sejumlah kebijakan makroprudensial longgar, pendalaman pasar uang, penguatan bauran kebijakan moneter, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
BACA JUGA:
"Ini kami lakukan melalui stabilisasi nilai tukar Rupiah dengan intervensi di pasar valas pada transaksi Spot, DNDF, serta pembelian SBN di pasar sekunder," sambung Perry.
BI juga melakukan penguatan strategi operasi moneter untuk efektivitas kebijakan moneter, seperti melalui optimalisasi SRBI sebagai instrumen moneter pro-market.
Tak hanya itu, BI juga menguatkan implementasi kebijakan makroprudensial longgar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di antaranya dengan efektivitas implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas, termasuk hilirisasi (minerba, pertanian, perkebunan, dan perikanan), perumahan (termasuk perumahan rakyat), pariwisata dan ekonomi kreatif, UMKM, KUR, Mikro, dan hijau yang resmi berlaku sejak tanggal 1 Oktober 2023.
BACA JUGA:
"Itulah jamu manisnya dari kebijakan makroprudensial. Kurang lagi? DP nol persen kita perpanjang selama 2024, baik untuk kredit properti maupun kendaraan bermotor. Ring-nya juga masih longgar," sambung Perry.
Sehingga, dari sisi makroprudensial, dia menyebut bahwa BI benar-benar mengoptimalkan untuk mendorong kredit dan pembiayaan demi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
"Oleh karena itu, kami meminta mengharapkan perbankan sama-sama menggunakan tambahan likuiditas ini untuk menyalurkan kredit tidak diputarkan bermain di aset keuangan," tandas Perry.
(Zuhirna Wulan Dilla)