JAKARTA - Bank Indonesia (BI) bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani menyoroti berbagai perkembangan kondisi global baru-baru ini.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebut bahwa sejumlah indikator dimasukkan ke dalam stress test, antara lain perlambatan dan divergensi global.
BACA JUGA:
"Kenaikan suku bunga Fed Funds Rate maupun surat utang obligasi di AS maupun global. Meningkatnya harga minyak maupun juga sejumlah faktor geopolitik sampai dengan fenomena El Nino," ungkap Perry dalam Konferensi Pers KSSK di Jakarta, Jumat (3/11/2023).
Dia menyebut, secara keseluruhan hasil stress test menunjukan bahwa sektor keuangan Indonesia memiliki ketahanan yang cukup kuat dalam menghadapi berbagai tekanan. Itu dengan bantalan atau buffer terhadap risiko yang memadai.
"Bantalan atau buffer terhadap risiko ini tercermin pada satu permodalan perbankan yang kuat, capital yang secara industri di atas 25%. Kedua, likuiditas juga lebih dari cukup. Bantalannya, likuiditas juga lebih cukup antara lain rasio alat likuiditas per DPK itu sekitar 26%," tambah Perry.
Terlebih lagi, BI menyediakan insentif likuiditas sisanya dari kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) masih sekitar Rp20 triliun dari yang sudah disetorkan Rp50 triliun.
BACA JUGA:
"Apalagi penyangga likuiditas juga bertambah Rp81 triliun, jadi likuiditas itu bantalannya besar dan rasio kredit bermasalahnya juga rendah," sambung Perry.