JAKARTA - Bank sentral Amerika Serikat (The Fed) memutuskan menahan suku bunga acuan di level 5,25–5,50% dan juga mengindikasikan pemangkasan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2024. Langkah The Fed ini dinilai bertentangan dengan target sebelumnya yang akan selalu hawkish.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengungkapkan, target The Fed berkesinambungan dengan Data Ketenagakerjaan dan inflasi yang mereda.
"Data ketenagakerjaan kecenderungan melemah, sementara inflasi juga mulai mereda walaupun belum ke posisi target Fed di 2%," ungkap David kepada MNC Portal, Kamis (14/12/2023).
Menurut David, berubahnya kebijakan The Fed juga berdampak positif terhadap ekonomi global khususnya Indonesia. Hal itu terlihat dari mata uang emerging market yang bergerak menguat termasuk rupiah.
Selain itu, David membeberkan bahwa pasar masih berekspektasi The Fed akan menurunkan suku bunga hingga 125 bps di 2024.
"Pasar berekspektasi Fed akan menurunkan suku bunga minimal 50 bps dan sampai 75-125 bps di H2-2024," ujar David.
Sebagai catatan, The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli tahun ini sebelum menahannya pada September, November, dan Desember 2023. Ketua The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers, Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia, mengatakan jika inflasi sudah bergerak sesuai keinginan The Fed.
Namun, dia mengingatkan jika inflasi masih tinggi. Powell mengingatkan jika upaya menurunkan inflasi ke target mereka yakni 2% bisa berubah dan masih belum pasti.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)