JAKARTA - Bank Sentral Israel memberi peringatan soal utang bakal meningkat karena perang merugikan perekonomian di masa depan. Bank sentral juga telah memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya dari 4,75% menjadi 4,5%.
Gubernur Bank Sentral Israel Amir Yaron, pihaknya telah memangkas suku bunga acuan yang pertama kali dilakukan sejak 2020. Menurutnya, kredibilitas pasar bergantung pada mulai membuat penyesuaian anggaran yang jelas pada tahun ini.
"Saya ingin mengatakan sejelas mungkin, tidak bertindak sekarang untuk menyesuaikan anggaran melalui pemotongan pengeluaran, menghapus kementerian yang berlebihan dan meningkatkan pendapatan mengingat kebutuhan perang kemungkinan akan merugikan perekonomian lebih banyak di masa depan," kata Yaron, dilansir dari Financial Times, Selasa (2/1/2023).
Oleh karena itu, dirinya pun memperingatkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk segera mengekang belanja publik. Pasalnya pasar dapat bereaksi buruk jika pemerintah gagal mengambil tindakan atas biaya perang melawan Hamas sebesar USD58 miliar atau setara Rp890 triliun .
Bank Sentral Israel pun memperkirakan bahwa dengan asumsi dampak ekonomi dari perang terus dirasakan sepanjang 2024, dan pertempuran sebagian besar terkonsentrasi di Gaza, biaya anggaran negara Israel akan mencapai sekitar Shk210 miliar.
Dia menambahkan, meski perekonomian sudah mulai pulih dari guncangan awal akibat perang yang memaksa penutupan bisnis di wilayah sekitar Gaza dan di perbatasan utara Israel dengan Lebanon. Prosesnya belum selesai, khususnya di sektor pariwisata.
Bank of Israel juga memperkirakan inflasi, yang sebesar 3,3% pada November 2023, akan berkurang menjadi 2,4% pada akhir tahun ini, sehingga mengembalikannya ke kisaran targetnya yaitu 1 hingga 3%.
“Perekonomian Israel pada dasarnya kuat dan memiliki karakteristik yang diperlukan untuk mencapai kesejahteraan bahkan ketika sedang berperang. Namun hal ini tidak terjadi dengan sendirinya,” kata Yaron