Sri Mulyani menuturkan Indonesia masih termasuk negara dengan kinerja ekonomi yang cukup baik. Hal itu tercermin dari pertumbuhan ekonomi sebesar 4,94% secara tahunan pada kuartal III 2023.
Namun, ia mewanti-wanti masih adanya potensi lanjutan dari fragmentasi ekonomi global yang utamanya disebabkan oleh persaingan geopolitik. Selain itu, tingginya suku bunga The Fed juga turut diwaspadai karena hal tersebut nantinya berpotensi mempengaruhi perekonomian negara-negara lain, terutama negara berkembang.
“Namun bank sentral di negara maju masih mempertahankan suku bunga yang tinggi. Makanya higher for longer-nya masih terjadi dan ini memicu capital outflow yang meningat dari seluruh negara berkembang dan emerging,”jelasnya.
Sri Mulyani menambahkan prospek ekonomi global ke depan masih dihantui oleh pelemahan. Perekonomian AS dan Eropa diperkirakan mengalami soft landing sementara ekonomi China diprediksi semakin melemah.
Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) global turun di angka 2,9% pada 2024, dengan proyeksi inflasi global sebesar 5,8%. Pemerintah sendiri memproyeksikan pertumbuhan PDB Indonesia pada 2024 sebesar 5,2%.
Perlambatan ekonomi global tersebut diakibatkan adanya berbagai risiko seperti peningkatan tensi geopolitik, pelemahan ekonomi China, terbatasnya ruang kebijakan, peningkatan risiko debt distress, serta adanya shock akibat perubahan iklim.
“Dalam konteks ini, Indonesia juga memiliki kinerja (ekonomi) yang relatif baik. Kita bandingkan dalam konteks ASEAN atau G20 yaitu negara-negara grup yang dekat dengan Indonesia, yang comparable, kita lihat pertumbuhan GDP kita yang relatif termasuk teratas," pungkasnya.
(Taufik Fajar)