JAKARTA - Sejumlah nama disebut-sebut masuk dalam bursa calon Menteri Keuangan (Menkeu) dalam pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Kabar tersebut ramai setelah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan empat nama yang dinilai merupakan figur yang bisa memimpin Kementerian Keuangan.
Dari empat nama yang singgung Erick, tiga diantaranya adalah Kartika Wirjoatmodjo atau Tiko yang kini menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN, Budi Gunadi Sadikin yang saat ini mengisi posisi Menteri Kesehatan (Menkes), lalu Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) Royke Tumilaar.
Kendati sempat menyebut nama-nama tersebut, Erick membantah bahwa dirinya mengusulkan kepada Prabowo-Gibran agar keempat figur tersebut masuk dalam bursa calon Menkeu. Menurutnya, penyebutan empat nama hanya lah penilaian pribadinya saja.
Erick menegaskan wewenang menentukan Menteri adalah Presiden dan Wakil Presiden. Sehingga, bukan kapasitasnya yang menunjuk sosok lain untuk menjadi pembantu Presiden dan Wakil Presiden.
“Sama juga ketika bicara Menkeu, Menkeu, saya bilang saya gak pernah ngomong, saya gak pernah ngusulin, saya cuma di doorstop media waktu itu, pendapat saya apa, saya jelas, saya tidak punya otoritas menilai siapa Menkeu ke depan,” ujar Erick saat ditemui wartawan di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (5/3/2024).
“Saya gak menjadi bagian itu, itu bagian Presiden dan Wakil Presiden terpilih, bukan saya, saya gak tahu itu,” paparnya.
Tak hanya itu, Menteri Pertahanan sekaligus Calon Presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto, juga meminta masukan kepada Erick Thohir, Kartika Wirjoatmodjo hingga Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri untuk melihat sosok yang dapat mengisi banku Dirjen Pajak.
Merespon permintaan Prabowo, Erick mengatakan dirinya akan melihat siapa figur yang terbaik yang bisa menjadi Dirjen Pajak berikutnya.
“Sama juga seperti Dirjen Pajak, saya kaget. Ketika beliau minta masukan pasti kan gak saya saja, Pak Chatib diminta masukan, saya diminta. Ya mungkin kita coba lihatlah siapa yang terbaik,” kata dia.
“Karena beliau itu kan menekankan bahwa perpajakan ini harus menjadi terus pertumbuhan ekonomi, di mana salah satu yang beliau dorong rasio pajak. Di mana yang sekarang kita masih 10 persen, bisa gak menjadi 16 persen. Tentu itu strategi beliau ada lagi yang saya tidak tahu juga,” lanjut Erick.
(Taufik Fajar)