Dengan keadaan tersebut, diputuskan untuk menghentikan impor jagung yang mulai diberlakukan hari ini.
Sementara itu, Amran menyebut ada beberapa langkah untuk menjaga kestabilan harga jagung.
Langkah pertama, sinergi dengan Bulog untuk penyerapan jagung hasil petani, kemudian menetapkan Harga Acuan Pembelian (HAP) komoditas jagung sebesar Rp4.200 per kilogram (kg) adanya hingga komitmen dari Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) untuk menyerap jagung.
"Petani jangan dibiarkan sendiri, petani pahlawan kita. Asosiasi peternak bisa direct ke petani. Petani untung, pedagang tersenyumlah, GPMT bahagia, kita menjaga keseimbangan, kita ingin semua pihak untung," katanya.
Sekadar informasi, Kementerian Pertanian (Kementan) menyebutkan hasil panen jagung periode Maret – April melimpah. Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), luas panen jagung pada bulan Maret seluas 405 ribu hektare dengan produksi 2,29 juta ton pipil kering dan April seluas 318 ribu hektare dengan produksi 1,76 juta ton.
Melansir data BPS, luas panen jagung Maret 2024 terbesar diperkirakan tersebar di 10 kabupaten, yaitu Tuban 42.811 ha, Bone 39.131 ha, Lampung Timur 35.905 ha, Lampung Selatan 33.940 ha, Bima 29.178 ha, Dompu 28.895 ha, Sampang 28.152 ha, Pamekasan 22.086 ha, Lampung Tengah 19.122 ha, dan Sumbawa 18.363 ha.
Sedangkan potensi luas panen jagung April 2024 terbesar juga tersebar di 10 kabupaten, yaitu Sumbawa 39.632 ha, Bima 29.957 ha, Gunung Kidul 26.899 ha, Dompu 17.060 ha, Lampung Tengah 15.202 ha, Wonogiri 15.200 ha, Boalemo 12.280 ha, Lampung Timur 12.030 ha, Jeneponto 11.997 ha, dan Malang 9.719 ha.
(Taufik Fajar)