JAKARTA - Siap tidak siap, era digital terus berkembang. Bahkan terus mengubah tatanan finansial. Jika semula transaksi digital hanya berlangsung di pusat dunia, kini transaksi di tatanan pedagang kaki lima (PKL) pun sudah beradaptasi dengan hadirnya kecanggihan teknologi.
Salah satu PKL yang mampu mengikuti perkembangan zaman adalah Yani Hidayani. Dia adalah pemilik lapak Rockstar Drinsk yang menjual aneka minuman segar, baik sop buah, jus, kopi, teh dan juga berbagai minuman sachetan. Minuman tersebut dapat dinikmati baik dingin maupun panas sesuai permintaan pembeli.
Rockstar Drinsk merupakan lapak PKL yang berlokasi di dekat pintu keluar Stasiun Gondangdia, Kebon Sirih, Menteng, Kota Jakarta Pusat. Yani melakoni usaha bersama suami sejak Pandemi Covid-19 merebak.
Awalnya, dia merupakan penjual atribut dan aksesoris rental PlayStation di Galur, Johar Baru, Jakarta Pusat. Namun usahanya kandas karena tidak adanya pembeli yang menerapkan jarak fisik atau menjaga jarak sehingga terjadi guncangan permintaan.
Namun, roda ekonomi terus berjalan. Berkat modal pinjaman dari Bank BRI, Yani pun kembali mendapat rezeki dari perdagangan minuman.
Memulai usaha dari bukanlah hal yang mudah. Apalagi di awal usaha masih era Pandemi Covid-19. Yani belajar membaca kebutuhan pembeli dan beradaptasi dengan teknologi
Karena lapaknya di tengah kota, maka banyak pelanggannya yang sudah lebih melek digital.
"Bisa pakai QRIS enggak?" begitu kebanyakan pertanyaan pelanggan yang akan membeli minuman di lapak milik Yani.
QRIS atau Quick Response Code Indonesian Standard adalah standarisasi pembayaran menggunakan metode QR Code. Dengan begitu proses transaksi dengan QR Code menjadi lebih mudah, cepat, dan terjaga keamanannya.
Yani pun mulai mencari tahu mengenai QRIS, apa itu QRIS, cara penggunaanya, dan bank yang menyediakan fasilitas QRIS.
Pucuk dicinta ulam tiba. Suatu hari, ada petugas Bank BRI yang datang menawari fasilitas QRIS untuk lapak dagangnya. "Jadi yang datang Bank BRI, saya langsung enggak pakai mikir. Udah Bank BRI saja," ujarnya.
Yani menceritakan, selama Pandemi Covid-19, semua petugas bank jemput bola menyambangi pedagang-pedagang. Mereka menawarkan layanan perbankan, mulai dari pinjaman uang hingga layangan QRIS.
"Jadi kan dulu waktu awal buka usaha ini, saya dan suami pinjam modal dari Bank BRI. Jadi ya sudah, sama Bank BRI saja lagi," ujarnya.
Yani pun memenuhi kebutuhan data pembuatan QRIS. Prosesnya pun dibantu oleh petugas Bank BRI. Yani tinggal terima beres.
"Tahu-tahu sudah datang QRIS-nya. Waktunya lagi ada promo buka tabungan gratis. Jadi dapat rekening baru yang tidak tercampur dengan rekening untuk operasional sehari-hari," ungkap Yani.
Selama menggunakan QRIS Bank BRI, Yani merasakan banyak kemudahan. Pertama, lebih simpel tidak sibuk mencari penerimaan untuk kembalian. Kedua, bisa menjawab kebutuhan pelanggan yang kini lebih banyak menggunakan QRIS. Ketiga, lebih aman karena tidak memegang uang tunai.
Dari sisi teknologi, Yani mengatakan, banyak PKL yang menggunakan bank lain dan transaksi tidak lancar. "Kalau Bank BRI itu enggak pernah nyangkut. Kalau pun ada masalah tapi ada notifikasi dan paling lama keesokan harinya sudah pasti masuk. Enggak pernah nyangkut," ujar Yani.
(Yani tengah melayani pembayaran pelanggan menggunakan QRIS BRI. Foto: Rani Hardjanti/Okezone.com).
Manfaat lain yang dirasakan adalah, dengan layanan QRIS, Yani bisa mengatur keuangan dengan lebih tertib. Sebab semua penjualan dicatat dan langsung masuk ke tabungan.
Dengan begitu, Yani bisa mewujudkan mimpinya untuk bisa menabung membeli rumah. Selama ini Yani selalu tinggal di rumah kontrakan. Jika sebelumnya mengontrak di Galur, Johor Bahru, Jakarta Pusat, kini mengontrak di daerah Kramat Sentiong, Senen, Jakarta Pusat.
"Saya kepingin banget bisa punya rumah sendiri. Jadi hasil penjualan lewat QRIS saya tabung untuk membeli rumah. Doakan ya bisa terbeli," ujar Yani dengan raut penuh harapan.
Pedagang mikro merupakan salah satu target Bank BRI terkait sistem transaksi pembayaran mikro. Terdapat beberapa upaya BRI untuk meningkatkan penetrasinya selama tahun 2023 antara lain dengan mengajak dan menjalin kerja sama para pedagang agar bertransaksi secara non tunai (cashless) melalui instrumen QRIS BRI.
Selain itu juga melalui platform pasar.id sebagai sarana transaksi untuk mempertemukan pembeli dengan penjual tanpa harus bertatap muka. Juga mempermudah perhitungan arus kas untuk pedagang.
Bank BRI terus mendorong pengetahuan masyarakat terkait transaksi nontunai khususnya QRIS, agar transaksi menggunakan sistem terpadu tersebut terus meningkat.
Bank BRI menargetkan dengan sistem pembayaran yang sederhana dan aman melalui QRIS, bisnis para pelaku usaha mikro dapat membantu untuk semakin tumbuh besar.
Pertumbuhan tersebut akan berakhir pada laju perekonomian nasional yang semakin positif, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pada tahun 2023, produk-produk pinjaman bisnis mikro yang ditawarkan kepada nasabah mikro adalah Kupedes, Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro, dan KUR Super Mikro.
(Yani bisa menjawab kebutuhan pelanggan Ibu Kota, yang kerap membayar pembelian dengan digital financial berupa QRIS BRI. Foto: Rani Hardjanti/Okezone.com)
Dalam Laporan Tahunan Bank BRI 2023 prospektus, tertulis mendorong digitalisasi sistem pembayaran dilakukan untuk meningkatkan volume transaksi dan mendorong inklusi Ekonomi Keuangan Digital (EKD).
Perluasan penerapan QRIS dilakukan dengan, menetapkan target penggunaan QRIS sebesar 55 juta pengguna pada tahun 2024. Selain itu, juga menetapkan target volume transaksi QRIS sebesar 2,5 miliar transaksi pada tahun 2024.
Untuk itu Bank BRI terus memperkuat strategi implementasi QRIS antarnegara untuk percepatan akseptasi transaksi.
(Rani Hardjanti)