Dia pun mengingatkan bahwa para pemagang akan bertemu langsung dengan pakar agrobisnis Taiwan dan untuk menyerap ilmu sebanyak-banyaknya. Dia juga mengingatkan kepada para pemagang untuk tekun belajar bahasa setempat dan menekankan pemagang untuk segera beradaptasi dengan tiga hal.
"Pertama, iklim dan cuaca di Taiwan berada di wilayah peralihan tropis ke subtropis, tidak terlalu dingin, tidak sampai turun salju. Kedua, harus dapat beradaptasi dengan makanan, jangan ragu yang penting makanan halal, ikan dan ayam banyak dan Taiwan sangat peduli tentang status halal. Makanannya enak-enak tidak kalah dengan rawon atau rujak cingur. Sedangkan yang ketiga, carilah teman orang Taiwan sebanyak banyaknya. Bagaimana caranya, kuasai bahasa. Dengan banyak praktek bicara, jangan takut kalau pelafalannya salah, mereka mengerti," kata Dedi.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Pendidikan Pertanian (Kapusdiktan) Idha Widi Arsanti menjelaskan jika durasi magang berlangsung selama satu tahun dan tidak tertutup kemungkinan diperpanjang untuk menjadikan pemagang sebagai specialized skill worker (SSW).
"Di sana mereka akan belajar proses agribisnis dari hulu sampai akhir, dari produksi sampai dengan marketing. Dan pada akhirnya bagaimana kita menciptakan pelaku agribisnis Indonesia, dari petani muda ini," katanya.
Idha juga menambahkan pengiriman petani muda untuk magang ini bukan pertama kalinya dilaksanakan oleh BPPSDMP. Pada 2023 BPPSDMP melalui program YESS telah mengirimkan peserta Magang Taiwan sejumlah 99 orang.
"Para peserta magang dari Indonesia bersaing dengan peserta dari negara lain, dan perusahaan penerima peserta memang lebih menyukai peserta dari Indonesia karena dinilai taat dan penurut," tutupnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)