Salah satu sektor yang paling terdampak atas penguatan dolar AS adalah industri padat karya berorientasi ekspor. Shinta menyebut, lini bisnis ini akan banyak menemui kendala karena bahan baku penolongnya masih impor dan menggunakan mata uang asing negara Paman Sam.
“Kita melihat bahwa utama industri-industri padat karya berorientasi ekspor ini pasti akan menemui kendala, sekali lagi karena kebanyakan bahan baku penolongnya ini masih impor dan menggunakan mata uang dolar ya,” beber dia.
Tak hanya itu, Perbankan nasional juga akan mengalami kondisi serupa. Pasalnya, pembiayaan dan hal lainnya masih banyak mengenal mata uang asing.
Sehingga, dikhawatirkan bakal terjadi kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL). NPL sendiri ikut berdampak negatif tidak hanya bagi lembaga keuangan, namun juga terhadap perekonomian.
“Dan juga kita lihat nanti juga di perbankan, kita lihat dari segi pembiayaan dan lain lain itu masih banyak mengenal mata uang asing, jadi kita khawatir dari sisi NPL-nya juga, itu juga harus dijaga,” tutur Shinta.
“Jadi kami melihat tidak banyak yang harus dilakukan untuk intervensi karena ini kan penyebabnya itu kan faktor luar ya, di luar kendali kita, ya tetap pemerintah harus membantu agar menstabilkan rupiah ini,” lanjutnya.
(Taufik Fajar)