JAKARTA - Political Economy and Policy Studies (PEPS) memperkirakan kerugian negara dari dugaan mark up atau penggelembungan harga impor beras lebih dari Rp2,7 triliun. Isu ini pun heboh hingga ada rencana Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) membuat panja khusus masalah tersebut.
Managing Director PEPS Anthony Budiawan, mengungkap dugaan mark up atau penggelembungan harga impor beras yang dilakukan Perum Bulog. Melihat laporan Badan Pusat Statistik (BPS) realisasi impor beras pada Maret 2024 mencapai 567,22 ribu ton dengan nilai USD371,6 juta. Artinya realisasi harga impor beras di bulan Maret 2024 mencapai USD655 per ton.
"Realisasi harga impor beras ini jauh lebih tinggi dari harga penawaran beras dari perusahaan Vietnam, Tan Long Group, yang hanya menawarkan USD538 per ton, atau lebih murah USD117 per ton dari realisasi harga beli Bulog," kata dia, Minggu (14/7/2024).
Kebenaran skandal mark up impor beras ini pun harus segera diungkap. Pasalnya, masalah tersebut bisa mencoreng prestasi Presiden Joko Widodo. Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR) Hari Purwanto telah melaporkan skandal mark up impor beras Bapanas-Bulog Gate 2024 ini ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
“Bahwa berdasarkan data yang kami temukan diperoleh informasi rata-rata harga yang dikenakan (Bulog)untuk beras seharga USD 660/ton cost, insurance, and freight (CIF),” kata Hari Purwanto.
Bulog juga mengimpor beras dengan harga rata-rata USD 655/MT CIF Indonesia. Hal ini, kata Hari Purwanto, merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret tahun 2024.
“Jika merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat pada Maret 2024 RI sudah mengimpor beras sebanyak 567,22 ribu ton atau senilai USD371,60 juta. Berarti Bulog mengimpor beras dengan harga rata-rata USD 655/MT CIF Indonesia,” papar Hari Purwanto.
Hari Purwanto menambahkan, kebohongan Bulog semakin terkuak lantaran realisasi harga dari pemenang tender lainnya jauh lebih tinggi daripada penawaran perusahaan asal Vietnam Tan Long Group yang hanya USD538 per ton.
Tan Long Group menyebut salah satu anggotanya yakni LOC TROI berhasil memenangkan tender Bulog 100.000 ton beras lantaran mengajukan harga lebih rendah USD15/Ton dari yang mereka tawarkan. Harga ini jauh lebih rendah dari yang ditawarkan Tan Long group sebesar USD538/Ton.
Namun dalam data yang dimiliki Bulog atau joint stock realisasi harga dari pemenang tender yakni LOC TROI sebesar USD604/TON. Padahal berkaca klaim dari Tan Long Group maka LOC TROI seharusnya hanya mengajukan harga penawaran hanya sebesar USD523/Ton Free on Board (FOB).
Dengan demikian, jika dihitung dari Cost, Insurance, and Freight (CIF) LOC TROI yang ada di dalam data Bulog yakni US$604/ton terdapat selisih harga USD46/ton. Terlebih jika harga CIF milik Loc Troi dikurangi USD15/ton dari harga penawaran Tan Long US$573/ton yaitu USD558/ton.
“Ini selisih dari Loc Troi yang dapat order 100 ribu/Ton x USD46/Ton = USD4,6 juta. Ini mark up harga Bulog dari 1 perusahaan, Loc Troi. Belum markup dari perusahaan lain yang jumlahnya 2,2 juta ton. Untungnya lebih dari Rp2,7 triliun. Ini Skandal Bapanas-Bulog Gate 2024,” ujarnya.
(Feby Novalius)