Pedagang Pasar Tanah Abang Ngeluh Penjualan Turun: Terparah Sepanjang 10 Tahun

Muhammad Farhan, Jurnalis
Selasa 13 Agustus 2024 19:15 WIB
Pedagang pasar tanah abang mengelukan omzet turun (Foto: MPI)
Share :

JAKARTA – Pedagang Pasar Tanah Abang mengeluhkan anjloknya omzet penjualan. Dalam 10 tahun terakhir, penurunan penjualan tahun ini yang terparah.

Salah satu pedagang jaket di Tanah Abang, Afrizal (53) mengatakan, selama dirinya berdagang dalam satu dekade, tahun ini adalah yang paling terparah. Ia mengaku penurunan omzet tahun ini bahkan mencapai 70%.

"Saya di sini kurang lebih sudah 10 tahun berdagang, omzet tahun ini sudah menurun 70%. Ini sejak pandemi penurunannya," jelas Afrizal di lokasi, Selasa (13/8/2024).

Afrizal mengatakan penjualan per harinya sebelum pandemi, dia bisa membukukan keuntungan hingga rata-rata Rp10-15 Juta. Namun saat ini, Afrizal mengatakan jika laku, penjualannya rata-rata hanya Rp2-3 Juta.

"Omzet penjualannya dapat dua sampai tiga juta rupiah saja sudah bersyukur. Bahkan kadang-kadang per harinya tidak laku apapun," katanya.

Afrizal mengatakan lantaran adanya penjualan menurun, sejumlah toko pakaian di sekitarnya pun terpaksa tutup.

"Di sini tetangga saya di samping sudah pada tutup. Kasihan, soalnya yaa bagaimana penjualan juga menurun. Belum bayar sewanya," terang Afrizal.

Sementara itu pedagang Celana Blue Jeans, Agung (31) mengatakan penjualannya juga ikut menurun. Ia mengatakan penurunan tersebut telah terjadi sejak Idul Adha kemarin.

"Penjualan menurun sejak Idul Adha, ya persentasenya sekitar 50%. Cukup tinggi penurunannya," jelas Agung.

Agung menilai, penurunan penjualan pakaian saat ini dikarenakan banyaknya masyarakat yang tengah berfokus pada kebutuhan pokok. Dia mengatakan kondisi saat ini diperparah dengan masuknya pelajar di tahun ajaran baru.

"Kalau buat belanja pakaian saat ini, kebanyakan dikarenakan anak-anak masuk sekolah. Kemudian juga kebutuhan pokok juga lagi diutamakan masyarakat saat ini," terang Agung.

Diketahui, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai deflasi yang terjadi tiga bulan berturut-turut pada 2024 perlu dicermati. Bahkan, harus diwaspadai pemerintah. Pasalnya, ada indikasi bahwa deflasi disebabkan oleh lemahnya daya beli masyarakat.

Wakil Direktur INDEF, Eko Listiyanto, mengatakan deflasi tiga bulan berturut-turut bisa menjadi sinyal positif karena menggambarkan inflasi melandai. Namun, di sisi lain, perlu diwaspadai jika angkanya konsisten dan semakin mendalam.

"Kalau menurut saya sebetulnya juga memang sebuah sinyal yang harus kita waspadai karena konsistensinya, deflasi ini terjadi secara berturut-turut," ujar Eko dalam Market Review IDX Channel, Jumat (2/8/2024).

Indeks harga konsumen (IHK) utama Indonesia pada Juli 2024 mencatat deflasi bulanan sebesar 0,18%, melanjutkan tren deflasi yang terjadi pada dua bulan sebelumnya sebesar 0,08% dan 0,03%.

(Dani Jumadil Akhir)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya