Sejarah Panjat Pinang: Perlombaan 17 Agustus sejak Dinasti Ming

Zahra Aqilla Oktviona, Jurnalis
Sabtu 17 Agustus 2024 15:13 WIB
Sejarah Panjat Pinang: Lomba 17 Agustus sejak Dinasti Ming. (Foto: Okezone.com/Antara)
Share :

JAKARTA - Sejarah panjat pinang, perlombaan 17an Agustus sejak dinasti ming menarik untuk diulas. Panjat pinang adalah salah satu perlombaan paling populer dalam perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia, setiap tanggal 17 Agustus.

Perlombaan ini selalu berhasil mengundang tawa dan semangat kebersamaan, dimana peserta harus memanjat batang pohon pinang yang dilumuri minyak untuk mencapai hadiah-hadiah yang digantung di puncak.

Namun, tahukah kalian bahwa tradisi ini memiliki sejarah panjang yang berakar sejak zaman Dinasti Ming?

Menguak Sejarah Panjat Pinang

Rinto Jiang menuliskan artikel berjudul "Korelasi Perlombaan Panjat Pinang di Indonesia dengan Budaya Tionghoa" di laman Budaya Tionghoa. Dia menjelaskan bahwa sejak Dinasti Ming (1368–1644) dan Dinasti Qing (1644–1911), panjat pinang telah ada dan populer di China. Qiang-gu merupakan nama permainannya pada zaman itu.

Meskipun demikian, permainan ini akhirnya menyebabkan korban jiwa, seperti jatuh dari ketinggian. Akibatnya, kerajaan Dinasti Qing melarang penggunaan qiang-gu dimainkan.

Ketika Jepang menduduki Taiwan, ada beberapa tempat di mana permainan panjat pinang kembali diadakan karena ada festival hantu di sana. Permainan panjat pinang tidak hanya terjadi di China; itu juga terjadi di Malta pada abad pertengahan, sejak kejatuhan Kekaisaran Romawi Barat pada abad ke-5 hingga abad ke-15.

Untuk meramaikan Festival Saint Julian, orang-orang di daerah tersebut memainkan panjat pinang, menurut Time of Malta. Dalam bahasa lokal, game ini disebut gostra.

Masa Penjajahan Belanda

Sebuah cerita mengatakan bahwa selama penjajahan Belanda, perlombaan panjat pinang disebut de klimmast, yang berarti "memanjat tiang". Bahan makanan dan pakaian menjadi pusat yang diperebutkan pada tahun 1920-an.

Pakaian dan makanan saat penjajahan tidak hanya menyenangkan, tetapi juga dapat membantu orang untuk menyambung hidup. Karena masyarakat berada di bawah kekuasaan penjajah, barang-barang tersebut bahkan terlihat mewah.

Masyarakat Nusantara bersatu untuk mendapatkan hadiah. Permainan ini dimainkan dan di pertontonkan oleh orang Belanda. Ini dapat dianggap sebagai penindasan dengan menggunakan kekuasaan.

Pada masa penjajahan, panjat pinang diadakan setiap 31 Agustus sebagai perayaan hari ulang tahun Ratu Belanda.

Ini menjadi permainan yang melecehkan masyarakat Nusantara pada masa lalu. Masyarakat yang dimiskinkan dan dijajah oleh Belanda diberi iming-imingkan hadiah untuk saling berebut pada saat memanjat, bukan hanya "hadiah", tetapi juga kebutuhan pokok.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya