Peningkatan investasi ini didorong oleh berbagai faktor, antara lain kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan EBT, potensi pasar yang besar, serta kesadaran masyarakat akan pentingnya energi bersih.
Meskipun terdapat capaian yang positif, namun bauran EBT di dalam bauran energi nasional masih relatif lambat, diperkirakan hanya sekitar 13-14% pada tahun 2025. "Tahun 2025 bauran paling cuman 13-14%. Penyebabnya karena infrastruktur kita, dan juga masih ada bottleneck," terangnya.
Di tengah tantangan tersebut, terdapat beberapa perkembangan positif yang patut diapresiasi. Salah satunya adalah peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada komponen-komponen PLT EBT.
Indeks TKDN subsektor EBTKE mencapai 49,80%, mendekati target 55,45%. Hal ini menunjukkan adanya upaya untuk mengembangkan industri dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Selain itu, pengembangan PLT EBT juga berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 123,22 juta CO2. Dengan semakin banyaknya energi yang dihasilkan dari sumber terbarukan, emisi CO2 dari sektor energi dapat ditekan secara signifikan. (RD)
(Dani Jumadil Akhir)