Pasar telah sepenuhnya memperhitungkan penurunan suku bunga bulan depan, dan melihat pelonggaran sekitar 100 basis poin pada akhir tahun.
Dari sentimen domestik, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun bakal berkisar 4,7 sampai dengan 5,5 persen. Angka ini tak beranjak jauh dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan kedua 2024 yakni sebesar 5,05 persen secara tahunan (yoy).
Guna untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi ini, pemerintah perlu meningkatkan konsumsi rumah tangga. Hal ini disebabkan telah berakhirnya faktor musiman, seperti hari besar keagamaan nasional (HBKN) dan dampak pelaksanaan pemilu pada semester pertama 2024.
Selain itu, Proyek Strategis Nasional (PSN) dapat meningkatkan investasi, khususnya investasi swasta. Kenaikan stimulus fiskal dari 2,3 persen menjadi 2,7 persen dari PDB diharapkan juga dapat secara efektif memberikan dampak pengganda terhadap perekonomian.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini ditopang kuatnya permintaan domestik dan meningkatnya kinerja ekspor. Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga sebagai kontributor utama tumbuh sebesar 4,93 persen (yoy) didorong periode libur hari besar keagamaan dan libur sekolah yang lebih panjang.
Kemudian, pemerintah berusaha menjaga daya beli masyarakat dengan mengendalikan inflasi, menaikkan gaji aparatur sipil negara (ASN), memberikan gaji ke-13 dengan tunjangan kinerja 100 persen, serta menciptakan lapangan kerja baru yang lebih besar di awal tahun 2024 sebesar 3,55 juta.
Sementara, konsumsi pemerintah tumbuh positif sebesar 1,42 persen terutama didukung oleh penyerapan belanja modal dan belanja barang, masing-masing sebesar 39,5 persen dan 6,1 persen.
Berdasarkan data diatas, mata uang rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp15.420 - Rp15.520 per dolar AS.
(Taufik Fajar)