JAKARTA - Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka berencana membangun Giant Sea Wall yang membentang dari Jakarta sampai ke Gresik, Jawa Timur.
Wacana proyek tersebut merespon urgensi penurunan muka tanah yang berdampak pada banjir rob yang akan mengancam wilayah pesisir pulau jawa di khususnya di bagian utara.
Akan tetapi, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bob Arthur Lombogia mengatakan hingga saat ini Kementerian PUPR belum menerima laporan terkait wacana pembangunan Giant Sea Wall Jakarta - Gresik tersebut.
"Kalau ide untuk kesana (Giant Sea Wall Jakarta - Gresik), itu satu hal yang rasional juga, karena disana turun juga (permukaan tanah), jad di Jakarta dan Jawa Tengah itu turunnya parah," ujar Bob saat dihubungi MNC Portal, Selasa (24/9/2024).
Bob menilai pembiayaan membangun proyek Giant Sea Wall memang tidak murah. Hal ini menimbang medan konstruksi yang dikerjakan berada di pinggir laut, serta pertimbangan studi dan kajian lingkungan yang tidak sebentar terkait dampak dari pembangunan Giant Sea Wall.
Bob memproyeksikan, pembangunan Giant Sea Wall Jakarta - Gresik membutuhkan biaya kurang lebih Rp1.750 triliun. Angka kasar tersebut didapatkan dengan mengalikan kebutuhan biaya pembangunan tanggul per kilometer dengan jarak dari Jakarta ke Gresik.
Sebelumnya, Kementerian PUPR sudah melakukan kajian terkait pembangunan Giant Sea Wall Banten - Ancol sepanjang 21 km dengan kebutuhan biaya sekitar Rp53 triliun. Studi pembangunan Giant Sea Wall Banten - Ancol ini sudah rampung dikerjakan oleh Belanda dan Korea beberapa waktu lalu.
Jika dihitung, maka didapatkan angka sekitar Rp2,5 triliun per kilometer untuk membangun Giant Sea Wall di Banten - Ancol. Sedangkan jarak Jakarta - Gresik yaitu kurang lebih 700 km, maka diperlukan anggaran sekitar Rp1.750 triliun untuk merampungkan proyek Giant Sea Wall Jakarta - Gresik.
"Jadi pembangunan tanggul itu ada 2 tahap kalau untuk yang Banten - Ancol. Tahap pertama itu tanggul terbuka atau tanpa pintu, itu butuh Rp53 triliun untuk 21 km. Jadi kalau mau dihitung (per kilometer) itu tinggal dibagi saja Rp53 triliun dengan 21 km," pungkas Bob.
(Taufik Fajar)