JAKARTA – Keterlibatan peran industri minyak dan gas (migas) dalam mendukung kebijakan hilirisasi nikel pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dalam lima tahun depan.
“Pasokan gas bumi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan energi bagi industri hilirisasi nikel akan mendukung kebijakan hilirisasi nikel nasional ke depan,” kata Vice President PetroChina Internasional Jabung Ltd. Gusminar yang menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk “Masa Depan Hilirisasi Nikel di Indonesia: Penguatan Kelembagaan dan Tata Kelola Hilirisasi Nikel yang Berkeadilan untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat” di Jakarta, Jumat (25/10/2024).
Menurut Gusminar, saat ini kebutuhan listrik yang paling besar di Sulawesi dipergunakan untuk smelter hingga tahun 2030 mencapai 11.139 megawatt (MW). Sesuai dengan kebutuhan tersebut, kata dia, pemerintah terlihat telah mengupayakan untuk penyediaan energi bersih dengan menggunakan natural gas dengan kebutuhan sebesar ± 2.500 MMSCFD yang tersedia di daerah tersebut maupun dari daerah lain yang di distribusikan dalam bentuk pipanisasi atau LNG sebagai bagian dari komitment transisi ke energi bersih.
“Dengan adanya konfirmasi pasokan gas ini, di harapkan akan mendukung hilirisasi nikel terutama dalam menjamin kebutuhan listrik di smelter-smelter tersebut,” ungkapnya.
Dia menambahkan, berdasarkan statistik ketersediaan cadangan Gas Indonesia terbukti (P1) sebesar 35,30 TSCF dari total potensi sebesar 54.76 TSCF yang tersebar di wilayah Indonesia Bagian Barat, Tengah dan Timur Indonesia. Dari data yang ada dikeluarkan oleh pemerintah, realisasi penyaluran gas bumi domestik 2023 sebesar 3.745 BBTUD dari total produksi gas sebesar 6.637 BBTUD. Pemanfaatan gas bumi paling besar untuk industri sebesar 1.515,8 BBTUD (40,5%).
“Secara bertahap, pemerintah sendiri telah menurunkan porsi ekspor gas dan/atau LNG yang pada umumnya dalam bentuk kontrak jangka panjang, dan mengalihkan ke dalam negeri melalui kebijakan yang mengutamakan pemanfaatan gas untuk pemenuhan kebutuhan gas bumi di dalam negeri. Jadi kita optimistis hilirisasi nikel nasional dapat terwujud,” ujarnya.
Sementara, Ketua Kadin Provinsi Kalimantan Barat Arya Rizqi Darsono mengatakan, pasokan gas dan energi sangat penting dalam menjamin keberlanjutan industri hilir nikel ke depannya.