JAKARTA - Debt collector (DC) sering kali menggunakan ancaman untuk datang ke rumah sebagai taktik menekan nasabah agar segera melunasi utang. Namun, kenyataannya, ada berbagai faktor yang membuat ancaman tersebut sering kali tidak terwujud.
Terutama dalam kasus pinjaman online (pinjol) ilegal, DC cenderung tidak benar-benar mendatangi rumah nasabah. Berikut beberapa alasan utama yang dirangkum Okezone pada, Minggu (17/11/2024):
1. Biaya Operasional yang Tinggi
Untuk mendatangi rumah nasabah, DC harus mengeluarkan biaya transportasi, seperti bensin atau ongkos perjalanan lainnya. Jika jarak rumah nasabah jauh, biaya ini menjadi semakin besar, dan sering kali nilai pembayaran dari nasabah tidak cukup untuk menutupi pengeluaran operasional tersebut. Oleh karena itu, DC cenderung menghindari mendatangi nasabah yang tidak terlalu prospektif.
2. Takut Dilaporkan karena Ilegal
Pinjol ilegal memiliki risiko besar terhadap pelaporan. Status mereka yang tidak terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membuat mereka rentan terhadap tindakan hukum. DC dari pinjol ilegal sering memilih tidak mendatangi rumah karena takut layanan mereka dilaporkan oleh nasabah dan akhirnya ditutup oleh pihak berwenang.
3. Bukan Pegawai Tetap
Sebagian besar DC dari pinjol ilegal hanyalah pihak ketiga yang dibayar berdasarkan jumlah utang yang berhasil ditagih. Mereka bukan karyawan tetap, sehingga tidak memiliki gaji pokok yang stabil. Dengan pendapatan yang bergantung pada hasil tagihan, mereka enggan mengeluarkan biaya besar untuk mendatangi rumah nasabah, apalagi jika potensi keberhasilan tagihannya kecil.
4. Jumlah Nasabah yang Terlalu Banyak
Sistem pinjol biasanya memiliki jumlah nasabah yang sangat besar, sehingga DC tidak memungkinkan untuk mendatangi semua orang secara langsung. Hal ini lebih terasa bagi nasabah yang tinggal di luar kota besar. Dengan kapasitas terbatas, DC lebih memilih memprioritaskan cara lain untuk menagih utang, seperti melalui telepon atau pesan teks.
5. Fokus pada Nasabah Prioritas
Sebagai strategi efisiensi, DC biasanya hanya memprioritaskan nasabah yang dianggap memiliki peluang besar untuk membayar. Nasabah yang responsif terhadap pesan atau telepon biasanya menjadi target utama. Dengan memusatkan perhatian pada nasabah “aktif,” mereka berharap dapat meningkatkan hasil tagihan dan meraih bonus lebih besar.
Alasan-alasan tersebut menunjukkan bahwa ancaman kedatangan DC ke rumah sering kali hanya strategi untuk menekan psikologis nasabah agar segera melunasi hutang mereka.
(Feby Novalius)