JAKARTA - Sumber kekayaan Pak Tarno, pesulap yang kini berjualan di pinggir jalan. Nama Sutarno atau akrab yang disapa Pak Tarno menarik perhatian usai harus berjuang bertahan hidup dengan berjualan di pinggir jalan.
Popularitas Pak Tarno melejit dengan tagline yang sering diucapkan dirinya saat melakukan trik sulap yakni ‘Bim Salabim Jadi Apa Prok Prok?’
Pak Tarno pernah sukses dengan trik sulapnya yang simple tapi cukup menghibur. Saat masih sukses, Pak Tarno menjadi artis tersohor papan atas dan menjadikan salah satu orang terkaya di kampungnya.
Sumber kekayaan Pak Tarno berasal dari sulap. Tidak dipungkiri, pencaharian utama Pak Tarno yaitu dari profesi sulapnya. Dia kerap menghibur beberapa acara sulap, mulai dari ulang tahun maupun acara lainnya.
Selain itu, Pak Tarno pernah mengisi beberapa program televisi. Dia pernah menghibur di salah satu TV dan dia pun dibayar setiap episode dalam program TV ini.
Terakhir, Pak Tarno mengaku membuka praktek pengobatan tradisional di rumah. Dia mengaku melakukannya diiringi dengan ibadah dari mulai sholat hingga puasa sunnah.
Namun kini, popularitas Tarno tidak bertahan lama. Pak Tarno mengaku tidak memiliki tabungan dan harus tetap berkerja meski di atas kursi roda.
Pak Tarno sempat mengalami stroke sekitar empat kali yang menyebabkan adanya kelumpuhan pada sisi kiri tubuhnya dan mempengaruhi kemampuan berbicara serta gerak tangannya.
Di tengah keterbatasan fisiknya akibat usia dan mengalami stroke, Pak Tarno tetap semangat dan diketahui kini berjualan mainan di depan SDN Semper Barat 01, Cilincing, Jakarta Utara.
Pak Tarno juga terlihat menjual beberapa kebutuhan siswa sekolah mulai dari alat tulis, buku gambar, buku mewarnai, hingga pernak-pernik yang disukai oleh anak-anak sekolah.
Bernama asli Sutarno, pesulap ini lahir di Losari, Jawa Tengah, pada 6 September 1950. Kini dia sudah berusia 74 tahun. Tarno yang memiliki teknik sulap klasik itu diketahui penganut agama Islam.
Sepanjang hidupnya, Tarno telah sepuluh kali menikah yang mana sebagian besar adalah pernikahan siri. Dalam wawancara dengan Deddy Corbuzier, dia mengaku, pertama kali menikah pada usia 14 tahun.
Dari banyak pernikahan itu, Tarno hanya memiliki lima anak dari istri pertama dan keduanya. Kini, sang pesulap lebih banyak diurus oleh istri ke-10 yang bernama Dewi. Sementara istri lainnya tak diketahui keberadaannya.
Perjalanan hidup Pak Tarno tidak bisa dikatakan mudah. Setelah kehilangan ayah dan ditinggal ibu kandungnya, sang pesulap yang kala itu masih berusia 10 tahun memutuskan merantau ke Jakarta.
Di Ibu Kota, dia bekerja serabutan. Dari berjualan minyak tanah hingga martabak keliling. Saat menjual martabak itulah ia sering memamerkan trik sulap yang menarik perhatian anak-anak.
Pada 2009, saat berjualan di sekolah, bakatnya terdeteksi oleh seorang guru yang menyarankannya untuk mengikuti ajang The Master dan ia pun mencobanya. Meskipun tidak menang, ia meraih gelar Master of Traditional Magic.
Dari situlah, namanya semakin bersinar. Tarno bahkan mendapat banyak tawaran untuk tampil di televisi serta berakting dalam berbagai judul film, dari Dendam Arwah Rel Bintaro (2013) dan Orang Kaya Baru (2019).
“Sosok Pak Tarno melekat di ingatan dengan jargonnya sebagai pesulap yang memiliki ciri khas 'Dibantu ya, Bimsalabim jadi apa, prok, prok, prok’,” ungkap Slamet, rekan Pak Tarno.
Kehidupan pribadi Pak Tarno dipenuhi tantangan, terutama setelah ia mengalami beberapa kali stroke yang mengharuskannya menggunakan kursi roda. Perubahan ini mendorongnya untuk memutuskan berjualan di pinggir jalan.
Meskipun kondisi kesehatannya menurun, semangatnya untuk berjualan tetap tinggi. Video aktivitas sehari-hari Tarno berjualan kerap diunggah akun TikTok @slamettato1, yang memperkenalkan dirinya sebagai rekan sang pesulap.
Dalam satu video, Tarno terlihat duduk di pinggir jalan dengan pakaian abu-abu dan celana panjang biru, lengkap dengan topi pink. Bersama sang istri, ia menjajakan mainan dan perlengkapan anak sekolah di Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Menurut Slamet, tujuan Tarno berjualan adalah untuk mengisi waktu luang. “Setiap hari saya harus diinfus antara pukul 10.00 atau kadang jam 16.00 WIB,” katanya sang pesulap menambahkan.
Di tengah keterbatasan fisiknya, Tarno masih mengambil job acara sulap. “Saya masih mau kerja. Saya masih kuat,” katanya dengan terbata-bata.
Selain masalah kesehatan, Pak Tarno juga pernah menjadi korban penipuan hingga mengalami kerugian ratusan juta rupiah saat membantu orang membuka usaha warung kopi.
“Orang minta dibantu untuk dimodalin warkop. Tapi, warungnya enggak ada, duitnya juga nggak ada,” katanya, pada November 2023.
Dia juga pernah ditipu mantan manajer yang minta untuk dibelikan mobil. Setelah menyerahkan uang lebih dari Rp100 juta, ternyata mobil itu tak pernah dibelikan oleh sang mantan manajer.
“Sudah dua kali ditipu ya saya tidak merasa gimana juga sih. Ya sudah, biarkan saja,” ujarnya yang lebih percaya ada kekuasaan yang lebih besar akan menghukum orang-orang tersebut.
(Dani Jumadil Akhir)