JAKARTA - Isu perubahan iklim menjadi sorotan dan menimbulkan kontroversi dalam beberapa waktu terakhir. Sejumlah konferensi internasional telah menghasilkan kesepakatan untuk menekan emisi secara kolektif demi mengurangi dampaknya.
WWF Indonesia mengungkapkan, respons yang paling kuat terhadap isu perubahan iklim justru datang dari sektor keuangan, yang menunjukkan kepedulian tinggi terhadap isu ini. Sektor ini terbukti responsif dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, bahkan dibandingkan dengan industri lainnya.
Laporan Peta Risiko Global yang dirilis setiap tahun oleh World Economic Forum memberikan gambaran mengenai berbagai risiko material yang berpotensi berdampak signifikan pada sektor bisnis, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Beberapa risiko utama yang disoroti dalam laporan tersebut meliputi meningkatnya kejadian cuaca ekstrem, perubahan kritis pada sistem bumi, serta hilangnya keanekaragaman hayati dan degradasi ekosistem. Risiko-risiko ini tidak hanya mengancam keberlangsungan bisnis, tetapi juga memiliki dampak luas terhadap kehidupan secara keseluruhan.
“Kalau misalnya melihat dari suhu temperatur, badan kan sepertinya sederhana ya tapi kalau misalnya untuk suhu rata-rata di bumi itu tidak dampaknya signifikan. Nah contoh saja seperti ilustrasi, hampir 700 juta orang akan terpapar dalam panas ekstrim setidaknya kami setiap 20 tahun di dunia dengan kenaikan suhu 1,5 derajat dibandingkan dengan lebih dari 2 miliar orang di dunia dengan kenaikan suhu 2 derajat. Itu salah satu ilustrasi dan perbedaannya,” ungkap Ketua Sustainable Finance WWF Rizkia Sari, Rabu (26/2/2025).
Dalam aspek pengelolaan krisis lingkungan, Indonesia telah memiliki strategi khusus terkait keanekaragaman hayati melalui Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP). Salah satu aspek penting dalam mendukung transisi menuju ekonomi berkelanjutan adalah Sustainable Finance.
Secara sederhana, Sustainable Finance merupakan peran sektor keuangan, baik dari sisi regulator maupun industri jasa keuangan, dalam mendorong praktik bisnis yang lebih ramah lingkungan. Perbankan, misalnya, memiliki peran strategis sebagai agent of change dalam mendukung transisi keberlanjutan melalui portofolio pembiayaannya.