JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) buka-bukaan aksi korporasi kala bursa rontok. Regulator berkomitmen untuk menjaring lebih banyak perusahaan besar dan berkualitas tinggi untuk melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Upaya ini menjadi bagian dari strategi memperdalam pasar modal nasional sekaligus memperluas basis investor.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi menyampaikan, salah satu langkah konkret yang kini menjadi perhatian adalah optimalisasi keberadaan Danantara, yang dinilai membuka peluang besar bagi anak-anak usaha BUMN potensial untuk masuk ke pasar modal.
“Kita sudah beberapa kali juga bicara dengan yang terkait, bahwasannya kita membuka diri. Ini adalah kesempatan yang baik untuk pendalaman pasar,” kata Inarno saat ditemui di Gedung BEI Jakarta pada Selasa (8/4/2025) malam.
Inarno menambahkan, langkah ini sejalan dengan agenda strategis untuk meningkatkan jumlah emiten yang tidak hanya banyak secara kuantitas, tetapi juga kuat dari sisi fundamental, sehingga mampu menjaga kestabilan dan kredibilitas pasar modal Indonesia dalam jangka panjang.
“Jadi, kita upayakan segala cara bagaimana cara untuk meningkatkan pendalaman pasar dengan adanya Danantara atau apapun, itu akan lebih mudah juga untuk kita dorong untuk masuk ke pasar,” ujar Inarno.
Namun, Inarno menegaskan bahwa pihaknya tidak memfokuskan secara khusus untuk mendorong perusahaan-perusahaan BUMN dan anak usahanya untuk melantai di bursa. OJK dan BEI berupaya untuk mendorong IPO perusahaan besar dan berkualitas lebih banyak lagi.
“Kita masih cukup optimistis untuk penghimpunan dananya itu tetap di Rp200 triliun. Kita masih cukup optimistis bahwasannya masih bisa tercapai dan sampai saat ini belum ada penundaan,” tutur Inarno.
Sebelumnya, Direktur Utama BEI, Iman Rachman juga menyampaikan tekadnya untuk lebih banyak menjaring perusahaan berkualitas melakukan penawaran umum perdana saham dengan ukuran yang besar, berkapitalisasi pasar di atas Rp3 triliun.
“Sehingga investor punya alternatif investasi agar pasar tetap bergairah,” kata Iman.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)