KEK Sanur Hemat Devisa Rp86 Triliun dan Serap Ribuan Tenaga Kerja

Feby Novalius, Jurnalis
Kamis 07 Agustus 2025 18:32 WIB
The Sanur mengintegrasikan sektor kesehatan dan pariwisata. (Foto: Okezone.com/InJourney)
Share :

JAKARTA - Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur atau yang dikenal dengan The Sanur, mengintegrasikan sektor kesehatan dan pariwisata dalam satu kawasan seluas 41,2 hektare (ha). Hadirnya KEK Sanur dapat menghemat devisa negara hingga Rp86 triliun dan menyerap ribuan pekerja Indonesia.

The Sanur menjadi Proyek Strategis Nasional yang dirancang untuk menjadi ekosistem terpadu yang menghadirkan layanan kesehatan berkelas dunia, fasilitas wellness modern, serta pengalaman penyembuhan holistik yang terinspirasi oleh kekayaan alam dan budaya.

Direktur Utama InJourney Maya Watono menjelaskan, sektor pariwisata merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia dan juga menjadi salah satu penyumbang devisa utama bagi negara.

“Kami memproyeksikan KEK Sanur dapat membuka kesempatan ribuan lapangan kerja baru dan mendorong peningkatan jumlah wisatawan mancanegara untuk berwisata dan berobat ke Indonesia,” ujar Maya, Kamis (7/8/2025).

Penguatan Ekonomi Indonesia Melalui Wisata Kesehatan

Pengembangan The Sanur menjadi pendorong pertumbuhan perekonomian yang inklusif dan berkelanjutan. Berbagai kemudahan juga telah disiapkan, seperti pemberian izin praktik tenaga kesehatan asing, fasilitas fiskal dan kepabeanan untuk alat kesehatan, sertifikasi obat, serta kemudahan layanan imigrasi bagi pasien dan pendampingnya.

The Sanur ditargetkan menyerap hingga 123.000 hingga 240.000 pasien pada tahun 2030, yang sebelumnya memilih layanan kesehatan di luar negeri. Dengan demikian, terdapat potensi penghematan devisa hingga Rp86 triliun dan penambahan devisa negara sekitar Rp19,6 triliun dalam periode 2022–2045.

Kawasan ini juga diproyeksikan menjadi pionir destinasi wisata kesehatan dan kebugaran terbaik di Asia Tenggara, dengan target dapat menyerap investasi sebesar Rp15–20 triliun. Pada 2045, keberadaan KEK Sanur diprediksi akan memberikan multiplier effect terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional senilai Rp80,7 triliun dan menyerap sekitar 18.375 tenaga kerja, atau meningkat sekitar 2.069% dibandingkan kondisi tanpa KEK Sanur.

"Kami optimistis, The Sanur tidak hanya menjadi simbol kemajuan infrastruktur layanan kesehatan dan pariwisata, tetapi juga motor penggerak perekonomian yang berkontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian nasional," ujar Direktur Utama InJourney Hospitality, Christine Hutabarat.

Penyerapan Investasi dan Ketenagakerjaan

Sejak dimulainya pengembangan The Sanur hingga saat ini, total investasi yang telah terserap mencapai sebesar Rp4,88 triliun, yang berasal dari 13 pelaku usaha yang beroperasi di dalam kawasan. Capaian ini mencerminkan tingginya tingkat kepercayaan investor terhadap prospek dan potensi The Sanur sebagai pusat destinasi kesehatan dan pariwisata terintegrasi bertaraf internasional.

 

Dalam aspek ketenagakerjaan, pengembangan The Sanur telah memberikan kontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hingga saat ini, total penyerapan tenaga kerja di kawasan ini tercatat mencapai 4.031 orang. Pada semester I tahun 2025 saja, The Sanur telah menyerap sebanyak 864 tenaga kerja lokal di sekitar Sanur maupun Provinsi Bali.

Sebagai bentuk komitmen terhadap prinsip inklusivitas dan keberagaman, The Meru Sanur dan Bali Beach Hotel turut memberdayakan tenaga kerja disabilitas. Hingga saat ini, tercatat sebanyak tiga karyawan disabilitas telah bekerja secara aktif di berbagai posisi, di antaranya steward, linen attendant, dan di area publik.

Penggunaan Produk Lokal

The Sanur turut mendukung penguatan perekonomian lokal melalui penggunaan produk lokal dan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada berbagai fasilitas, termasuk Bali Beach Hotel, The Heritage Collection, dan The Meru Sanur, hotel bintang 5 yang berlokasi di tengah lanskap KEK Sanur. Karya seni lokal menjadi bagian integral dalam desain hotel, seperti Patung Legong Classic dengan enam gerakan berbeda setinggi 2,45 meter yang ditampilkan di lobi Tirtasada, hasil karya I Gede Sarantika dari Desa Mas, Ubud – desa yang dikenal sebagai pusat pemahat (wood carvers). Patung ini menggambarkan tari Legong, salah satu tarian klasik paling populer di Bali.

Di samping itu, ornamen ukiran lokal yang memperindah Bali Beach Convention juga merupakan karya seniman lokal asal Desa Sumita, Gianyar. Berbagai produk lokal lain, seperti furnitur dan dekorasi, bahan makanan juga digunakan melalui kerja sama dengan para pemasok lokal, yang mendukung keberlangsungan bisnis usaha kecil menengah di Bali.

(Feby Novalius)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya