JAKARTA – Teknologi blockchain dan aset kripto kini dipandang sebagai pilar strategis dalam memperkuat ketahanan ekonomi nasional. Peran keduanya dinilai krusial dalam mendukung transformasi digital dan mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Menurut Director PT Edena Capital Nusantara, Yayang Ruzaldy, potensi pertumbuhan sektor ini di Tanah Air sangat besar, terlebih didorong dominasi generasi muda dalam struktur demografi Indonesia yang mencapai 50–60%.
Jika Indonesia memiliki total penduduk sebanyak 250 juta jiwa, maka 125 juta penduduk adalah anak muda. Angka ini, menurutnya, menjadi angin segar bagi pertumbuhan industri kripto dan blockchain di Indonesia.
“Dan hari ini (sudah) 20 juta investor di blockchain atau kripto di rentang usia 18 sampai 35 tahun,” kata Yayang, Rabu (10/9/2025).
“Artinya, dengan hadirnya solusi yang kemudian didorong oleh kekuatan regulasi, kemudian didorong ekonomi digital kita yang terus tumbuh, ini adalah keniscayaan yang tidak bisa dibendung. Artinya, sama seperti jika kita berbicara tentang bagaimana QRIS bisa merebak. Kita tidak bisa membayangkan. Dan inilah yang terjadi hari ini,” lanjutnya.
Dukungan infrastruktur digital juga disebut Yayang menjadi faktor penting. Ia mencatat bahwa penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 80 persen, sementara pengguna smartphone menembus angka 273 juta.
Yayang menilai hal ini akan memperkuat pertumbuhan. Terlebih dengan ekonomi yang stabil, juga terdukung serta inflasi tetap terjaga, meskipun ada sedikit gangguan pada daya beli. Ini menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia sebenarnya sangat kuat.
“Artinya, pertumbuhan ini akan sangat signifikan. Dengan segala potensi yang dimiliki dalam konteks aset di Indonesia. Kita, di tahun 2030, memiliki potensi sekitar Rp1.370 triliun aset potensial yang bisa ditokenisasi. Dan aset tokenisasi global di dunia punya potensi USD1 triliun secara keseluruhan,” ungkapnya.
Yayang menyebut ini sebagai momentum bagi Indonesia untuk mewujudkan visi presiden di tahun 2045 untuk Indonesia Emas. Di mana Indonesia Emas, menurut data BKPM, membutuhkan 16.000 investasi asing langsung untuk pembiayaan.
“Dengan dukungan semua sahabat dan kerabat ekosistem, kita harapkan bisa menjadi salah satu pemain utama yang menjembatani potensi investasi yang masuk ke Indonesia,” tutup Yayang.
(Feby Novalius)