Fasilitas RFCC merupakan bagian dari proyek pengembangan kilang Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, Kalimantan Timur. Fasilitas tersebut ditandai dengan dilakukannya loading atau pemasukan perdana katalis pada unit RFCC pada Agustus.
“Kilang Pertamina Internasional (KPI) menargetkan RFCC baru di Kilang Balikpapan bisa beroperasi di kuartal IV tahun ini,” ujar Pjs Corporate Secretary KPI Milla Suciyani.
Menurut Milla, katalis yang dimasukan ke fasilitas RFCC menjadi salah satu komponen penting dalam pengoperasian unit tersebut sebelum beroperasi secara penuh.
"Pemasukan katalis ini menjadi pencapaian besar karena menjadi tanda kesiapan unit RFCC. Unit ini nantinya berperan penting untuk mengolah minyak berat menjadi produk bernilai tinggi. Dengan keberhasilan tahap ini, Kilang Balikpapan semakin dekat menuju pengoperasian RFCC," kata Milla.
Unit RFCC di RDMP Balikpapan yang akan segera dioperasikan memiliki kapasitas pengolahan 90.000 barel per hari. Ini merupakan unit RFCC terbesar yang dimiliki oleh Pertamina. Sebagai perbandingan, fasilitas serupa yang dimiliki KPI di Kilang Cilacap dan telah beroperasi sejak 2015 hanya berkapasitas 62.000 barel per hari.
"Dengan beroperasinya RFCC Balikpapan ini akan semakin menambah kapasitas dan memperkuat kapabilitas KPI sebagai penopang ketahanan energi nasional. Ini akan mendukung kemandirian energi nasional karena kilang dapat menghasilkan lebih banyak produk berkualitas tinggi," kata Milla.
Dia menambahkan, pencapaian tersebut sejalan dengan Asta Cita Pemerintah, khususnya cita ke-3 tentang kemandirian ekonomi berbasis energi bersih dan berkelanjutan, serta cita ke-6 tentang pembangunan wilayah yang merata.
"Kehadiran RFCC tidak hanya memperkuat pasokan energi nasional, tetapi juga memberikan banyak manfaat lain bagi Indonesia, antara lain membuka peluang pertumbuhan ekonomi daerah melalui peningkatan aktivitas industri, penyerapan tenaga kerja, dan efek berganda bagi masyarakat sekitar," ucap Milla.
Tidak hanya itu, RDMP Balikpapan juga akan memberikan dampak yang besar bagi lingkungan. Salah satunya proyek tersebut akan meningkatkan kualitas produk standar Euro 2 menjadi setara Euro 5 yang lebih ramah lingkungan. Proyek ini juga akan meningkatkan kompleksitas kilang untuk mendorong efisiensi operasional dan memperluas jangkauan produk.
Lebih dari itu, proyek tersebut memberikan dampak ekonomi dan sosial (multiplier effects) yang signifikan di tingkat daerah dan nasional. Di antaranya penyerapan tenaga kerja lokal, peluang tumbuhnya industri pendukung hingga peningkatan rantai pasok dalam negeri.