JAKARTA – PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) mencatat volume penjaminan sebesar Rp186,76 triliun hingga September 2025. Pencapaian tersebut terdiri dari penjaminan KUR sebesar Rp116,54 triliun dan penjaminan non-KUR sebesar Rp70,21 triliun.
Melalui penyaluran ini, Jamkrindo telah membantu lebih dari 4,4 juta pelaku UMKM dan menyerap sekitar 11,69 juta tenaga kerja.
Adapun dari sisi kinerja, perusahaan telah mencatatkan laba sebelum pajak (EBT) mencapai Rp1,18 triliun atau 156,72% dari rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) 2025.
Plt. Direktur Utama PT Jamkrindo Abdul Bari menyampaikan bahwa capaian tersebut mencerminkan komitmen perusahaan dalam memperkuat ekosistem pembiayaan inklusif bagi UMKM.
“Sebagai lembaga penjaminan yang memiliki mandat besar dalam mendukung perekonomian nasional, Jamkrindo berupaya terus membuka akses pembiayaan bagi pelaku usaha yang feasible namun belum bankable. Dengan penjaminan yang kuat dan tata kelola yang prudent, kami ingin berperan aktif menjaga stabilitas sistem keuangan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan,” ujar Abdul Bari, Minggu (2/11/2025).
Selain memberikan layanan penjaminan, Jamkrindo juga aktif melaksanakan berbagai program pendampingan dan pelatihan bagi UMKM. Sepanjang tahun 2025, perusahaan telah menggelar Roadshow Literasi Keuangan dan Digital Marketing di 10 kota seperti Sukabumi, Padang, Tarakan, dan Mataram, serta menyelenggarakan kelas bisnis Kriyativepreneur di Bantul, Yogyakarta. Program-program tersebut bertujuan meningkatkan kapasitas dan daya saing pelaku UMKM agar mampu beradaptasi di era digital.
Jamkrindo juga konsisten mendampingi UMKM binaan di berbagai daerah, seperti Nur Parwanto Silver di Kotagede, Yogyakarta, yang menjadi contoh nyata keberhasilan sinergi antara dukungan pembiayaan dan pengembangan kapasitas usaha.
Dengan jaringan yang luas mencakup 9 Kantor Wilayah, 54 Kantor Cabang, dan 15 Kantor Unit Pelayanan di seluruh Indonesia, Jamkrindo memastikan akses layanan penjaminan dapat menjangkau berbagai lapisan masyarakat, termasuk di daerah terpencil.
Sementara itu, Direktur Manajemen SDM, Umum, dan Manajemen Risiko Jamkrindo, Ivan Soeparno, mengatakan melalui berbagai inisiatif strategis, Jamkrindo terus memperkuat fondasi perusahaan untuk menghadapi tantangan ke depan, termasuk dengan melakukan transformasi digital, pengembangan produk penjaminan yang fleksibel, serta penguatan manajemen risiko berbasis data.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap pelaku usaha memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkontribusi bagi kemajuan ekonomi nasional. Keberhasilan UMKM adalah keberhasilan Jamkrindo, dan keberhasilan Jamkrindo adalah keberhasilan Indonesia,” ujarnya.
Meski demikian, Managing Partner BUMN Research Group – LM FEB UI, Toto Pranoto, menilai bahwa keberadaan industri penjaminan memegang peran penting dalam memperkuat fondasi UMKM di Indonesia.
Menurutnya, keberhasilan sektor penjaminan tidak cukup hanya dilihat dari kemampuan mencetak keuntungan, tetapi dari sejauh mana peran lembaga penjaminan membantu pelaku usaha kecil naik kelas melalui akses pembiayaan yang lebih luas dan pendampingan berkelanjutan.
Sejalan dengan agenda transformasi BUMN, Toto menyoroti hadirnya Danantara Asset Management sebagai inisiatif untuk mendorong efisiensi pengelolaan aset negara. Menurutnya, penguatan tata kelola dan penciptaan nilai ekonomi perlu diiringi dengan komitmen terhadap fungsi pelayanan publik, agar manfaat transformasi dapat dirasakan secara merata oleh masyarakat dan sektor-sektor strategis.
Dalam kerangka itu, ia menilai Jamkrindo memiliki posisi yang sangat penting sebagai bagian dari ekosistem penjaminan nasional.
“Jamkrindo diharapkan dapat terus memperluas jangkauan penjaminan dan menghadirkan inovasi yang mendorong UMKM berkembang dan naik kelas. Profit tetap penting, tetapi dampak sosial ekonomi bagi UMKM menjadi ukuran yang tidak kalah strategis,” ujar Toto.
(Feby Novalius)