JAKARTA - IDXCarbon memperluas akses global untuk memperdagangkan karbon di Indonesia. Sebanyak 16 proyek baru telah menandatangani Letter of Intent (LoI) senilai total sekitar 90 juta ton CO₂e (karbon dioksida ekuivalen).
Langkah ini dilakukan dalam rangkaian kegiatan Conference of the Parties ke-30 (COP 30) di Belém, Brasil, selama 10–21 November 2025.
Bursa Efek Indonesia (BEI) selaku penyelenggara IDXCarbon mencatat bahwa LoI ini merupakan komitmen pengguna jasa karbon untuk mencatatkan seluruh atau sebagian unit karbon agar dapat diakses secara lebih luas oleh calon pembeli internasional.
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, mengatakan unit karbon dari proyek tersebut tidak hanya bersumber dari skema nasional, tetapi juga skema internasional.
“Pencatatan akan dilakukan sesuai jadwal issuance masing-masing proyek,” kata Jeffrey, Rabu (12/11/2025).
Dalam daftar proyek yang telah menandatangani LoI, terdapat berbagai pengembang besar dari sektor energi, kehutanan, hingga konservasi lingkungan.
Di antaranya adalah PT Rimba Makmur Utama dengan proyek Katingan Peatland Restoration and Conservation, PT Strata Pacific dengan proyek Seram Climate and Conservation (SERCOVA), Arsari Group dengan proyek kehutanan di Kalimantan Timur, dan PT Bumi Hijau Konservasi dengan proyek Nunukan Mangrove Peatland.
Selain itu, sejumlah proyek juga berasal dari sektor industri dan energi terbarukan, seperti PT Pertamina Power Indonesia yang tercatat dengan proyek Biogas Power Plant Sei Mangkei.
Sementara PT Pupuk Indonesia (Persero) mengembangkan berbagai inisiatif seperti proyek aforestasi dan reforestasi di Pulau Jawa, produksi soda ash menggunakan CO₂ dari Ammurea Plant di Pupuk Kaltim, serta proyek Carbon Capture and Storage (CCS) dari produksi amonia di Petrokimia Gresik, Pupuk Kujang Cikampek, Aceh, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Timur.
Di sektor kelistrikan, PT PLN (Persero) juga menandatangani LoI untuk proyek Hydropower Plant di Asahan III dan Jatigede, serta proyek PLTS IKN 50 MWac (Solar PV).
Adapun PT Geo Dipa Energi (Persero) menggarap proyek geotermal di Patuha, dan PT Supreme Energy mengembangkan pembangkit geotermal di Rantau Dedap.
Jeffrey mencatat bahwa tingginya antusiasme dari pemilik dan pengembang proyek menandakan besarnya potensi pasokan kredit karbon dari Indonesia untuk mendukung transisi hijau.
“Ini menandakan tingginya komitmen pelaku untuk mendukung transisi hijau di Indonesia melalui pasar karbon dan menunjukkan besarnya potensi pasokan (supply) kredit karbon dari Indonesia,” jelasnya.
(Feby Novalius)