JAKARTA - Indonesia memperkuat tata kelola industri emas melalui hilirisasi dan jaminan pasokan bahan baku yang berkelanjutan, sekaligus memperluas akses masyarakat terhadap produk emas melalui kolaborasi strategis dengan bullion bank. Langkah ini diharapkan dapat menjaga ketersediaan dan kualitas emas nasional, sekaligus memberikan nilai tambah bagi perekonomian domestik.
Bullion bank atau bank emas telah diresmikan pemerintah pada 2 Februari 2025 untuk mengoptimalkan pemanfaatan cadangan emas nasional. Bullion bank merupakan tempat penyimpanan emas di Indonesia dengan menyediakan layanan kegiatan perbankan melalui instrumen logam mulia.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah memberikan izin usaha bullion kepada PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) pada 12 Februari 2025 dan PT Pegadaian (Persero) sejak 23 Desember 2024. Sebelumnya, OJK juga telah menerbitkan POJK Nomor 17 Tahun 2024 yang mengatur kegiatan usaha bullion, termasuk simpanan emas, pembiayaan, perdagangan, dan penitipan emas oleh Lembaga Jasa Keuangan (LJK). Pegadaian serta BSI bagi Antam adalah mitra strategis untuk memperluas pasar lewat usaha bullion.
"Bagi kami yang paling strategis adalah kerja sama dengan bullion bank ini. BSI dan Pegadaian tidak pernah kita anggap kompetitor, justru mitra strategis untuk memperluas jangkauan. Butik kami saat ini ada di kota dan kabupaten, tapi kecamatan, kelurahan ke bawah, itulah BSI dan Pegadaian yang jaringannya sudah established. Produk-produk digital kaya simpan pinjam dari bullion bank tetap ada fisiknya, jadi kita tetap mensuport itu, karena hasil survei dari konsultan kami, emas digital itu masyarakat preferensinya ke Antam," ucap Direktur Komersial Antam Handi Sutanto, Rabu (12/11/2025).
Bullion Connect menjadi kesiapan infrastruktur dan harmonisasi regulasi. Antam juga memaparkan komitmennya pada acara tersebut untuk terus bisa memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap emas lewat kolaborasi dari sisi hulu serta mengutamakan bahan baku yang bersumber di dalam negeri.
"Sebagai bagian dari ekosistem industri logam mulia nasional, Antam berperan aktif dalam memastikan keberlanjutan pasokan emas Indonesia. Upaya ini tidak berdiri sendiri, melainkan dijalankan bersama para pemangku kepentingan — mulai dari pelaku tambang, industri pengolahan, hingga kementerian/lembaga pemerintah. Melalui kolaborasi tersebut, kami berkomitmen menjaga ketersediaan emas yang terjamin keaslian dan kualitasnya bagi bangsa Indonesia, serta memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional," kata Handi.
"Jadi tantangannya bukan dari kapasitas, pemurnian, atau pengolahan, tapi menyambungkan dari hulu hingga sampai tersedia ke masyarakat. Maka butuh dukungan intervensi pemerintah biar jadi lebih kolaboratif bersama seluruh stakeholder terkait. Kita ingin lindungi emas dari tubuh Indonesia stay di Indonesia," tambahnya.
Sejak berdiri pada 1960-an, Antam sebagai satu-satunya produsen emas dan refinery di Indonesia yang terakreditasi London Bullion Market Association (LBMA), tidak hanya berperan di sektor hulu pertambangan, tetapi juga menjadi pelaku utama di hilir industri emas dengan jaringan distribusi yang luas serta kehadiran produk yang kuat di pasar domestik. Melalui lini produk emas Antam Logam Mulia, perusahaan telah menjadi simbol kepercayaan dan kebanggaan masyarakat Indonesia lintas generasi terhadap produk emas nasional yang terjamin keaslian dan kualitasnya.
Handi juga menjelaskan kalau Antam akan melebarkan sayap hilirisasi dari kilaunya emas ke cemerlangnya perak lantaran punya potensi yang sangat besar untuk investasi dan industri.
"Perak kita akan coba kembangkan hilirasinya, abis itu masuk industrialisasi. Panel surya itu ada bahan bakunya perak dan kita masih impor padahal di Indonesia punya banyak. Emas dan perak memang sejalan, kami tunggu kolaborasi sektor penambang, bermitra dengan BSI serta Pegadaian karena sama-sama investasi," ujarnya.
(Feby Novalius)