Alwan menuturkan bahwa setiap koleksi Nawla lahir dari keresahan pribadi yang kemudian diramu dengan identitas produk serta kebutuhan konsumen. Pendekatan ini melahirkan produk dengan karakter desain yang timeless dan awet.
“Setiap produk Nawla dirancang agar relevan digunakan lintas generasi. Saya membayangkan pakaian yang tetap layak dipakai seiring waktu, bahkan dapat diwariskan kepada anak atau anggota keluarga lain,” ujarnya.
Perjalanan Nawla dimulai dari skala kecil dengan lima artikel produk, berfokus pada kaos dan polo berbahan knitwear dengan desain yang lebih refined dan tidak pasaran.
Seiring pertumbuhan brand, Nawla terus berevolusi menghadirkan pengembangan produk, mulai dari polo dengan desain signature, kemeja dengan detail jahitan rapi dan material quick dry, hingga loose pants yang dirancang nyaman untuk aktivitas harian. Setiap artikel dikembangkan melalui proses riset, uji pasar, dan produksi bertahap guna menjaga kualitas tetap terjaga.
Dalam operasionalnya, Nawla mengadopsi model kerja kolaboratif bersama talenta muda, dengan mayoritas tim berasal dari generasi Gen Z. Sistem kerja fleksibel berbasis work from home (WFH) membuka ruang bagi anak muda kreatif untuk memperoleh pengalaman industri sekaligus menyalurkan ide-ide segar.
“Seiring meningkatnya permintaan pasar, kapasitas produksi Nawla bertumbuh dari sekitar 2.000 potong per bulan pada 2023 menjadi 4.000 potong per bulan pada 2025, menandai perjalanan Nawla sebagai UMKM fesyen yang berkembang secara berkelanjutan,” katanya.