Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

HKTI Jajaki Kerja Sama dengan Carrefour

Sudarsono , Jurnalis-Jum'at, 14 Januari 2011 |07:14 WIB
HKTI Jajaki Kerja Sama dengan Carrefour
Foto: Ade/okezone
A
A
A

JAKARTA - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menjajaki kerja sama dengan Carrefour dan pusat perbelanjaan lain yang beroperasi di Indonesia. Kerja sama ini untuk memasarkan berbagai komoditas pertanian yang dihasilkan petani.

"Dalam waktu dekat ini yang bisa direalisasikan adalah kerja sama dengan Carrefour. Dalam pembicaraan awal, kami sudah sepakat untuk kerja sama ini. Hanya tinggal teknis kerja sama saja yang perlu dibahas lagi,” kata Ketua Bidang Penyangga Pangan HKTI Ismed Hasan Putro di Kantor HKTI, Ragunan, Jakarta, Kamis (13/1/2011).

Menurut dia, peran HKTI dalam kerja sama ini adalah sebagai mediator saja. Karena selama ini petani tak mengetahui harga komoditas pertanian yang dihasilkan. Akibatnya, harga komoditas pertanian di tingkat petani tetap saja rendah walaupun harga di tingkat konsumen melambung.

"Latar belakangnya adalah harga cabai yang saat ini melambung hingga Rp100 ribu per kilogram (kg). Padahal di tingkat petani tak sampai Rp50 ribu. Jadi yang menikmati keuntungan adalah pedagang. Nah, kita akan memotong rantai tata niaga yang terlalu panjang ini,” kata Ismed.

Ismed memaparkan, untuk tahap awal, hanya beberapa komoditas pertanian saja yang akan dipasok ke Carrefour. Misalnya saja, beras, cabai, bawang merah, sayur-sayuran, dan lain-lain.

Di sisi lain, HKTI akan membentuk badan penyangga harga pangan untuk mengantisipasi anjloknya harga komoditas pertanian terutama saat musim panen.

Wakil Ketua Umum HKTI Rachmat Pambudy mengatakan, harga komoditas pertanian sering mengalami fluktuasi atau naik turun secara cepat. Kondisi tersebut, menurut dia, menjadikan petani enggan untuk melakukan usaha karena tidak ada insentif terhadap budi daya pertanian.

Oleh karena itu, menurut dia, diperlukan badan atau lembaga yang mampu melindungi harga-harga komoditas pertanian agar tidak anjlok terutama ketika panen raya. “Jadi terjadi 'disparitas' (perbedaan) harga yang sangat tinggi antara tingkat petani dengan pedagang,” katanya.

Kondisi tersebut, tambahnya, juga dialami pada komoditas pertanian lain seperti beras maupun tebu akibatnya petani tak mau menanam karena harga tak menguntungkan mereka.

Menurut dia, badan penyangga harga pangan yang akan dibentuk HKTI nantinya bisa membeli komoditas pertanian terutama saat panen agar harga produk mereka tidak jatuh.

Menyinggung realisasi pembentukan badan penyangga harga pangan tersebut, Ismet mengatakan, untuk saat ini belum mengarah pada seluruh komoditas pertanian namun dikhususkan pada produk yang rentan terhadap fluktuasi harga.

Sementara itu, mengenai permodalan yang dialokasikan HKTI untuk lembaga yang akan dibentuk tersebut dalam mengamankan komoditas pertanian, dia mengatakan, diharapkan nanti dapat diperoleh melalui kerja sama dengan swasta terutama yang memiliki program tanggung jawab sosial (CSR).

“Badan ini diharapkan menjadi stimulus bagi petani untuk membentuk hal-hal serupa,” katanya.

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement