JAKARTA - Menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang mencapai 12 persen, ternyata tidak memberikan keuntungan bagi pengekspor alas kaki nasional.
“Ekspor kita kurang lebih USD2,5 miliar selama 2010. Dengan penguatan rupiah sebesar 12 persen, kerugian kita selama satu tahun terakhir ini sebesar USD175 juta,” ujar Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), Eddy Widjanarko saat ditanyai wartawan usau diskusi di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (27/7/2011).
Menurutnya, margin keuntungan industri alas kaki hanya sebesar lima persen. Kondisi tersebut telah menyebabkan adanya selisih margin keuntungan sebesar tujuh persen. Dengan menguatnya nilai tukar tersebut, telah menghambat laju ekspor nasional. Dia menjelaskan, pada 2010 pertumbuhan ekspor sepatu hanya mencapai 45 persen, padahal angka tersebut berpotensi untuk lebih tinggi. “Itu kekurangan kita karena tren rupiah terus menguat,” imbuhnya.
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menambahkan, saat ini yang terpenting bagi para eksportir adalah kurs rupiah berada dalam posisi stabil dalam artian tidak berfluktuasi. Menurutnya Kementerian Perdagangan tidak bisa mengontrol kurs.
"Itu tanyakan saja ke BI (Bank Indonesia). Yang terpenting adalah bagaimana manage-nya agar tetap stabil, tidak naik dan tidak turun,” katanya.
(Widi Agustian)