Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Secara Teoritis, Rupiah Sudah Melenceng Jauh

Rizkie Fauzian , Jurnalis-Senin, 30 Desember 2013 |11:30 WIB
Secara Teoritis, Rupiah Sudah Melenceng Jauh
Ilustrasi ( Foto : Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS) anjlok ke level terendahnya dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Tertekannya mata uang Garuda tersebut bersamaan dengan kemerosotan nilai obligasi pemerintah, yang mana imbal hasilnya lebih rendah dari inflasi tahun ini.

Head of Research KSK Financial Group David Cornelis mengatakan, pelemahan tersebut adalah dampak dari rencana normalisasi kebijakan moneter nonkonvensional AS sejak Mei lalu, ditambah polemik makrodomestik seperti inflasi yang tinggi dan defisit transaksi berjalan.
 
"Rupiah sudah terkoreksi sekitar seperempat nilainya sejak awal tahun ini, memberatkan pembayaran bunga utang dan subsidi BBM," jelasnya kepada Okezone, Senin (30/12/2013).

Menurutnya, setiap pelemahan rupiah sebesar Rp1.000 per dolar AS, secara signifikan akan menambah defisit net minyak sekitar Rp5 triliun. Beban subsidi BBM bertambah menjadi sekitar Rp50 triliun, suatu nilai yang sangat besar, setara dengan angka APBD DKI Jakarta.
 
Sebelumnya juga, Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengakui adanya risiko potensi perlemahan rupiah sampai ke level yang cukup mengkhawatirkan. Barangkali yang dimaksudkan mengkhawatirkan bilamana balik ke level November 2008, di mana posisi Rupiah Rp13.000 setelah tahun 2013, atau melemah ke level Agustus 1998 silam di Rp14.400 di tahun 2014 mendatang.
 
Gubernur BI Agus Martowardojo juga mengatakan bahwa pelemahan rupiah masih dalam level aman, hingga level Rp12.000 masih wajar, serta menegaskan bahwa BI tidak panik karena itu merupakan cerminan fundamental ekonomi Indonesia.

"Padahal secara teoretis kalkulasi nilai tukar riil efektif tergambar jelas bahwa deviasi rupiah sudah melenceng jauh (undervalued) di atas 500 poin sejak dead cross (perpotongan negatif antara nilai aktual dengan fundamentalnya) di September lalu," ungkap dia.
 
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) hanya akan melakukan intervensi yang terukur apabila rupiah melemah di atas Rp12.000. Mungkin dengan kata lain, BI sudah kehabisan amunisi dana yang dipakai untuk stabilisasi rupiah sebelumnya.

BI lalu memperbesar nilai Bilateral Swap Arrangement dengan Jepang, China dan Korsel, serta menyiapkan fasilitas utang siaga yang total keseluruhan mencapai USD53,4 miliar, tentunya ini adalah hal yang besar jika sudah menyiapkan dana yang besarnya lebih dari setengah nilai cadangan devisa. (kie)

(Widi Agustian)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement