Share

Gubernur BI: BUMN Harus Jadi Contoh Transaksi Dalam Rupiah

Dani Jumadil Akhir, Okezone · Rabu 02 Juli 2014 20:36 WIB
https: img.okezone.com content 2014 07 02 20 1007347 7nU0gXEY5M.jpg Gubernur BI: BUMN Harus Jadi Contoh Transaksi Dalam Rupiah (Ilustrasi: Okezone)

JAKARTA - Transaksi valuta asing (valas) banyak juga dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menjelaskan, seharusnya BUMN ini tentu yang paling awal memberikan contoh menggunakan Rupiah dalam bertransaksi.

Follow Berita Okezone di Google News

"Sehingga kemarin ada koordinasi di Tanjung Priok, pemerintah menegaskan untuk transaksi jasa kepelabuhan harus dibayar pakai Rupiah dan diberi waktu tiga bulan transisi," ucap Agus di Gedung DPR Senayan, Jakarta, Rabu (2/7/2014).

Agus menambahkan, kalau dibayarkan dalam Rupiah artinya penawaran harga harus dalam Rupiah membayar juga Rupiah, bukannya menawarkan dengan dolar AS dan membayar dengan Rupiah. dengan ekuivalen harga sesuai dolar AS pada saat pembayaran.

"Ini beda, jadi yang dimaksud undang-undang adalah pembayaran transaksi antar residence dengan residence harus dalam Rupiah, jadi kuotasi harus dalam Rupiah dan pembayaran juga dalam Rupiah," paparnya.

Menurut Agus, hal ini yang sedang disosialisasikan bukan hanya kepada pelaku ekonomi, pembeli dan penjual saja tetapi kepada pemerintah daerah supaya menjalankan itu dan mohon diketahui sosialisasi supaya cepat dilakukan transisi dan transaksi dalam negeri dalam Rupiah karena kalau melanggar itu ada sanksi dan bisa pidana.

"Begitu banyak transaksi di dalam negeri dalam valas menyebabkan permintaan valas begitu tinggi di dalam negeri padahal itu tidak perlu terjadi yang akibatnya suplai dibanding permintaan banyak permintaan dan menyebabkan melemah Rupiahnya," sebutnya.

Apalagi lanjut Agus mengungkapkan, jadi dalam kuartal II setiap tahun, karakteristik Indonesia ada pembayaran kewajiban-kewajiban dalam valas cukup besar seperti pembayaran dividen, royalti, cicilan utang.

"Nah itu begitu banyak sehingga selalu tekanan di kuartal II tinggi. Kita inget tahun lalu Juni saja tekanan begitu tinggi outflow sampai USD4 miliar tapi 2014 situasi lebih baik di mana outflow walaupun ada tapi tidak terlalu besar dan kondisinya membuat pasar keuangan tidak tertekan di tahun lalu, tetapi itu pasar keuangan ya," pungkasnya.

(rzy)

Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini