Kepala Badan Teknologi Nuklir (Batan) Jarot S. Wisnubrato mengatakan, dari regulasi yang ada memang energi nuklir menjadi pilihan terakhir, jikalau sumber energi lain sudah mulai habis. Namun, dalam regulasi juga disebutkan bahwa energi nuklir bisa dimanfaatkan sebelum energi lain habis.
"Kepentingan energi begitu meningkat pesat maka energi nuklir bisa menjadi pilihan, jadi tidak menunggu semua energi habis," kata Jarot di Restoran Raden Bahari, Jakarta, Selasa (16/6/2015).
Dia menyebutkan, banyak kalangan juga yang mempersoalkan mengenai nilai investasi yang besar untuk membangun satu PLTN di Indonesia. Namun, mahal-tidaknya pembangunan tersebut, bukanlah masalah sebesarnya. Pasalnya, ada negara yang tidak memiliki banyak dana tetapi tetap membangun.
"Nuklir itu mahal, kalau mahal Bangladesh tidak akan bikin PLTN, itu logika sederhana, memang investasi awal mahal," tambahnya.
Jarot melanjutkan harga listrik yang berasal dari PLTN juga lebih kompetitif dibandingkan dengan listrik yang bersumber dari energi lainnya.
"Kompetitif itu karena mulai penambangan sampai limbahnya, kita enggak punya uranium enggak ada PLTN berhenti jika uranium habis, karena kalau setelah habis uranium masih ada kandungannya," tutupnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)