Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

90 Persen Barang di Tanah Abang Impor

Dani Jumadil Akhir , Jurnalis-Rabu, 07 Oktober 2015 |16:18 WIB
90 Persen Barang di Tanah Abang Impor
Ilustrasi pasar tanah abang. (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mengeluh ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait banjirnya produk impor yang merusak harga pakaian-pakaian. Bahkan, produk-produk di Pasar Tanah Abang sekira 90 persen adalah barang impor.

kata Ketua Umum API, Ade Sudrajat, mengatakan bahwa banyaknya barang-barang impor di Pasar Tanah Abang ini membuat harganya sangat murah, sehingga produk dalam negeri tidak dapat bersaing.

"Masuknya barangnya ada di Tanah Abang dengan harga murah, jadi di Tanah Abang itu sekarang 90 persen adalah produk-produk impor, jadi enggak dalam negeri," tegas Ade di Istana Negara, Jakarta, Rabu (7/10/2015).

Dia menambahkan, umumnya barang-barang impor yang membanjiri Pasar Tanah Abang tidak menggunakan label yang berbahasa Indonesia. Ini adalah ancaman bagi industri tekstil dalam negeri.

"Semuanya barang baru, barang yang belum dijahit ada kemeja yang sudah dijahit macam-macam semuanya produk impor tidak menggunakan label Bahasa Indonesia, kan masih label sana," paparnya.

Selain itu, untuk pakaian ilegal yang juga membanjiri pasar-pasar di Indonesia semakin parah. Sebelumnya, pada 2010, produksi pakaian dalam negeri sebanyak 60 persen mendominasi pasar di Indonesia, namun selama lima tahun belakangan ini mengikis produksi pakaian dalam negeri yang hanya pangsa pasarnya tinggal 30,9 persen.

"Yang tadinya 60 persen pada 2010. Jadi artinya dalam kurun lima tahun kita sudah tertekan begitu akibat masuknya barang-barang yang illegal masuk ke dalam negeri," paparnya.

Menurut Ade, Presiden Jokowi pun sudah mengeluarkan solusi dari permasalahan ini yakni dengan langsung menghentikan peredaran pakaian-pakaian ilegal sebelum masuk ke pasar-pasar besar di Indonesia.

"Oh itu kan direct, langsung. Pasarnya kan langsung ramai. Pasar itu responsnya seperti makan cabai. Kalau berhenti dari Tanjung Priok pasti ke Tanah Abang langsung ramai," sebutnya.

"Pernah terjadi pada saat pemilihan presiden, pak SBY sanggup menghentikan itu selama setahun. Dan semua gudang di pabrik-pabrik kita kosong dengan menghentikan itu. Kenapa kita tidak sekarang," tukasnya.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement