LONDON - Pasar real estat komersial di Eropa, kini telah bergeser. Kota-kota yang tadinya 'panas', kini menjadi 'dingin' lantaran para investor berminat di lokasi lain.
Dilansir dari laman Market Watch, Kamis (29/12/2016), secara keseluruhan pasar real estat Eropa banyak diminati oleh para investor semenjak krisis keuangan 2008. Namun seiring dengan kebijakan Bank Sentral Eropa dan Bank of England yang menjadikan suku bunga terendah sepanjang sejarah, real estat kembali menjadi semakin menarik bagi investor yang selama ini frustrasi oleh kecilnya imbal hasil di pasar obligasi.
London adalah kota yang paling disukai oleh investor, kemudian diikuti dengan Paris dan kota-kota terbesar di Jerman. Namun, setelah bertahun-tahun permintaan yang kuat mendorong nilai properti kembali 'memanas'. Alhasil, permintaan akan properti kembali menyusut dan investor kembali 'kabur'.
"Sebagian besar pasar utama di Eropa adalah harganya yang cukup mahal. Tidak mudah hasilkan uang di sektor ini," kata Direktur Penelitian Colliers International Walter Boettcher.
Menurut perusahaan riset real estat, Real Capital Analytics, dalam kurun waktu sembilan bulan tahun ini, secara keseluruhan investasi properti komersial di Eropa adalah senilai 43,7 miliar euro atau setara Rp615 triliun (mengacu kurs Rp14.068 per euro). Angka ini turun 30% dari periode yang sama pada tahun lalu.
Inggris adalah kota yang memimpin penurunan ini, sebagian besar dikarenakan sikap hati-hati para investor ketika sebelum dan setelah pemungutan suara Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa (Britain Exit/Brexit). Jerman dan Prancis juga mengalami penurunan yang signifikan. Namun, investasi di beberapa negara, termasuk Spanyol, Polandia, Belanda dan Swedia, naik dibandingkan periode tahun lalu.
(Rizkie Fauzian)