NEW YORK – Situasi ekonomi global yang tak menentu pada tahun lalu membuat sejumlah perusahaan di dunia terguncang.
Sebagian ada yang mencatatkan kerugian hingga terpaksa melakukan penghematan besar-besaran. Namun tak sedikit yang bertahan, bahkan mengeruk keuntungan. Di antara mereka yang sukses melewati badai itu adalah LVMH Moet Hennessy Louis Vuitton. Perusahaan fashion mewah yang bermarkas di Paris itu berhasil mencatatkan kinerja positif. Di lantai bursa, saham LVMH terus terkerek. Nilai pasar perusahaan ini bernilai lebih dari USD100 miliar. Atas prestasi tersebut, CEO LVMH Bernard Arnault banyak mendapatkan acungan jempol.
Oleh majalah keuangan ternama Amerika Serikat Barron’s, dia pun diganjar predikat sebagai CEO terbaik di dunia pada 2017. “Capaian itu luar biasa. Barangkali latar belakang insinyur membantunya meracik sebuah formula: membeli brand mewah kecil seperti Tag Heuer pada 1999, membinanya, dan melakukan revolusi penjualan melalui sistem distribusi global yang sangat masif, termasuk ke hampir 4.000 toko,” papar editor senior Barron’s Jack Hough.
Pada 2016, saat merek-merek mewah asal AS berjalan stagnan di pasar, Louis Vuitton dan Hennessy menyumbangkan pertumbuhan penjualan sebesar 5% ke grup perusahaan dan mencatat peningkatan keuntungan 11%. Saat ini LVMH berencana membeli Rimowa serta mengembangkan penjualan secara online. CEO terbaik kedua yang masuk peringkat Barron’s tahun ini adalah CEO General Motors (GM) Mary Barra. Perempuan pertama pada puncak perusahaan automotif dunia itu dinilai berani mengubah budaya kolot GM.
Tak hanya itu dia menjual GM Eropa kepada PSA Groupe. Kesepakatan itu terbalik dengan ambisi berabad-abad GM yang ingin membangun kekaisaran automotif global, terutama di kawasan Benua Biru. “Selain mencerminkan penekanannya terhadap keuntungan, putusan ini juga menjadi tantangan mengenai anggapan bahwa skala mega besar merupakan kunci kesuksesan indus tri automotif,” kata Hough.
“Bagi Barra, dana yang didapat dari Eropa bisa lebih digunakan untuk mengembangkan produk generasi baru,” tambahnya.
Barra menjadi CEO ketika GM pailit pada 2014. Namun per lahan dia berhasil membangkitkan geliat GM menjadi lebih gesit. Dengan strategi baru, dia mendapatkan banyak pujian karena mampu memperluas lapangan kerja di AS. Di bawah kepemimpinannya, penjualan mobil elektrik GM pada 2015 dan 2016 juga mentereng. Kondisi serupa juga di alami Amazon.com. CEO Amazon Jeffrey Bezos mampu menyulap perusahaan penjual buku di dunia maya itu menjadi raksasa e-commerce . Selain itu potensi Amazon sangat besar.
“Investor terus menawarkan saham ke - pada Amazon karena mereka percaya dengan insting Bezos,” terang Hough. CEO Anheuser-Busch InBev, Carlos Brito, juga sukses membangun visi misinya. InBev bahkan menjadi merek paling dominan di pasar bir dunia. Maklum, pada tahun lalu, mereka juga mengakuisisi SABMiller senilai USD100 miliar. InBev kini menguasai tujuh dari 10 merek bir terkemuka di dunia, termasuk Budweiser dan Stella Artois. Dengan bergabungnya SABMiller, InBev ditaksir dapat meraup pendapatan tahunan USD3 miliar.
Sayang saham InBev berlangsung datar pada tahun ini. Hal itu menunjukkan kondisi pasar bir di dunia yang kian sulit. Tantangan yang dihadapi InBev juga bukan berasal dari bisnis bir saja, tapi juga air minum dalam kemasan. CEO Berkshire Hathaway Warren Buffett juga masuk ke dalam peringkat lima besar. Dia dinilai mampu dan berhasil mentransformasi perusahaan tekstil menjadi perusahaan dengan nilai pasar mencapai USD420 miliar. Sejak menjabat sebagai CEO sekitar 52 tahun lalu, saham kelas A Berkshire naik menjadi USD255.000 dari sekitar USD20. Pada tahun lalu, para pemimpin perusahaan harus berpikir keras karena ekonomi dunia mengalami ketidakpastian.
Penyebabnya mulai dari Brexit (keluarnya Inggris dari Uni Eropa) hingga pemilihan presiden AS. Selain itu harga minyak terjun bebas. Hal sama juga terjadi pada suku bunga dan nilai mata uang yang mengalami ketidakstabilan secara tajam. Tantangan terbesar para perusahaan ialah pemulihan ekonomi global berlangsung lambat. Pada tahun lalu produk domestik bruto (PDB) AS hanya tumbuh sekitar 1,6% atau paling lambat sejak 2011. Berdasarkan indeks 500 Standard & Poor’s, keuntungan perusahaan hanya naik tidak lebih dari 1% setelah tenggelam setahun sebelumnya.
Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada 2017 mencapai 2,7%. Pertumbuhan ini muncul setelah apa yang disebut dengan pelemahan pasca-krisis pada 2016. Untuk negara-negara berkembang, kenaikan suku bunga acuan di AS dan penguatan nilai tukar dolar AS mendorong pengetatan persyaratan pembiayaan. Setelah tahun suram, tahun ini dianggap mulai cerah, terutama Asia. “Ekonomi Asia tetap solid meskipun ketakutan proteksionisme perdagangan AS tetap membayangi,” kata Aidan Yao, ekonom AXA, di Hong Kong, dikutip Reuters kemarin. Barra merupakan nama baru di peringkat CEO terbaik tahun ini.
Selain Barra, terdapat CEO Microsoft Satya Nadella, Gary Dickerson (Applied Materials), Stephen Hemsley (UnitedHealth Group), Jen- Hsun Haung (Nvidia), Phebe Novakovic (General Dynamics), dan Martin Sorrell (WPP).
(kmj)
(Rani Hardjanti)