JAKARTA - Anak perusahan Bakrie Grup, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) menjadikan konversi utang ke saham sebagai strategi. Cara ini diterapkan perseroan dengan melakukan penerbitan penambahan modal tanpa Hak Memesanan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) untuk 20 miliar lembar saham utang ke Credit Suisse AG Singapore dan Eufora Capital Investment Inc, Singapura.
Menurut Direktur Keuangan Bakrie & Brothers Amri Asmono Putro, langkah ini juga akan digunakan dalam mengonversi utang sekira Rp9 triliun dari tiga kreditur besar. Namun, hal ini masih dalam proses negosiasi BNBR dengan tiga kreditur besar yakni Mitsubishi, perusahaan Swiss, dan perusahaan dari Eropa.
"Ini kita belum bisa minta kan persetujuan ke pemegang saham karena kita belum sepakat dengan tiga kreditur besar di situ. Jadi harus disepakati, baru tanda tangan perjanjian baru dan laporan ke OJK terus minta persetujuan ke pemegang saham," ujarnya di kantornya, Bakrie Tower Rasuna Sahid, Jakarta, Rabu (12/7/2017).
Dia mengatakan, utang sebesar Rp9 triliun akan dikonversi ke saham, di luar utang kreditur Singapura. Di mana untuk Singapura, utang USD70 miliar akan dikonversi ke 20 miliar lembar saham. "Jadi kalau untuk Mitsubishi dan lain itu belum. Masih proses persetujuan," ujarnya.
Menurut Amri, strategi ini membuat kepastian bagi perseroan dalam memperbaiki kinerja keuangannya. Meski ada tiga kreditur yang masih berproses, BNBR optimis proses penyelesaian utang bisa selesai tahun ini.
"Insya Allah harapan kita tahun ini semua ya, tapi kita tidak bisa pastikan sekarang, karena kita masih negosiasi terus. Tapi kalau proses berapa persen sekarang sih sudah 80% selesai persetujuan sama tiga kreditur itu," ujarnya.
(Rizkie Fauzian)